Mohon tunggu...
Rinta Nainggolan
Rinta Nainggolan Mohon Tunggu... Domestik Helper -

Lahir di indonesia merantau dan berjuang untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuah Menangis

14 Juni 2016   12:54 Diperbarui: 14 Juni 2016   12:58 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti apakah air mata yang terzolimi

seirama dengan detak jantung diambang mati

sesengguk tangis seperti seonggok beban yang tak terbawa

ia hanya terbengong menjadi saksi

Ia menjadi saksi atas dirinya

dirinya yang tak berdaya atas sejengkal perut

terpaksa mengencangkan pengikat

agar bisa sedikit yang termakan

Harap cemas ia berusaha 

seperti pencuri di rumah sendiri

seketika harapannya pun lenyap seketika

bercampur dengan sebaskom gulai

Seketika sebaskom kuah lodeh tumpah 

sepanci kuah gulai lenyap

air mata menggaraminya

keringat mendidihkannya

Tinggal ratapan di dingding tua

yang sebentar lagi roboh pula

apalagi si jahanam masuk pula

apakah ikut meratakannya

Negeri ini sudah tua

tapi masih suka berpura - pura

sementara banyak yang terluka

tidak ada yang mau jadi tabibnya

harapan tumpah bersma kuah 

lenyap tanpa melewati jamban

terampas dan sia sia

sepertinya merekalah duri dalam daging negeri ini.

Sumber gambar

Hongkong 14 juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun