[caption caption="Bunga kapas by phone camera lenovo pribadi, lokasi Hongkong"][/caption]
Di ranjang pengantin kulepas perawan
harapku peroleh madu yang tak akan habis
dan bergelut dalam kenikmatan
harapku tak pernah sirna
Madu hanya sebulan
pahit pun mulai terasa
seolah sepah yang siap dibuang
seperti hambar untuk dirasa
Tak ada lagi yang membuat gairah
aroma melati berganti bawang putih
bunga di ranjang pengantin pun tak bercerita
tinggal hanya sebagai bumbu dalam pertengkaran
Gaun indahku pun hanya pajangan
sekali kali kubuat menghapus air mata
dan aku menagisinya dengan derita
lalu adakah yang mampu menjawabnya
Aku pun sadar
aromaku pun bukan aroma pengantin
bodyku pun bukan aduhai
sementara pundi pundi tak mencukupi
Aku bertikai dengan perjuangan
mempertahankan sesuatu yang sulit
di satu sisinya aku ingin menopang
di sisi lain aku terbuang
Aku pun terbang dengan sayap patah
hinggap di tempat kegersangan
terhempas di tanah tak berhuma
ya aku dalam perjuangan
Seketika aku terluka
ranting kering pun menyakitiku
aku mencoba menguatkan sayapku
hingga aku mampu mencapai tujuan
Akhirnya aku terbang
dengan memory ranjang pengantin yang tersakiti
bulan madu yang terkhianati
oleh keadaan yang tak kuingini
Aku pun terbang
pada persinggahan yang tak kuduga
aku di sini
mengubur masa yang penuh luka.