Mohon tunggu...
Rinta Nainggolan
Rinta Nainggolan Mohon Tunggu... Domestik Helper -

Lahir di indonesia merantau dan berjuang untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demokrasi Berisik

18 April 2016   23:05 Diperbarui: 18 April 2016   23:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh gerah melihat wajah negeri ini

tidak ada yang mampu memberi ketenangan

melainkan teror dan ketegangan

 

Seperti bau pus dari luka yang meradang

berupa kanker yang mengerogoti

tak ada kedamaian tapi ketakutan

 

Wajah - wajah dewan seperti serigala berbulu domba

manis bicara

racunlah yang disuguhkan

 

Kami hanya disuguhkan tontonan yang menjolimi

berlomba saling menjatuhkan lawan

tanpa makna dan tujuan

 

Demokrasi negeri ini

seperti bau terasi

yang mendatangkan lalat bangkai

 

Demokrasi negeri ini sangat berisik

rakyat tak lagi bisa terpejam

karna di rumah rakyat banyak berita yang seram

 

Demokrasi negeri ini sangat berisik

suara koruptor melejit

melebihi pelor

 

Di sana sini berita tentang dewan

dari narkoba sampai korupsi

dari setengah waras sampai yang sinting

 

Demokrasi diteriakkan

tapi demokrasi dikebiri

lalu diabaikan

 

Bubarkan saja dewan

yang mengatas namakan demokrasi

aku anggap mereka hanya pajangan tanpa disukai

 

Muak dengar celoteh santunnya

padahal biadab perilakunya

kerja belum seberapa

berisik minta fasilitas

 

Mulai dari kasur sampai jalan -jalan

mereka berjemaah menggerogoti negeri

padahal katanya mereka wakil rakyat

 

Berisik,,,

kalian semua berisik

menodai demokrasi

 

janji demi janji bertumpang tindih

nyatanya darahkulah yang mendidih

melihat ulah para dewan

 

berisik kalian berisik

bersumpah demi ini dan itu

ambisi melebihi langit

tak sadar gobloknya minta ampun

 

Demokrasi menjadi berisik

karena ulah dewan yang sirik

yang tak punya hati terselidik

 

aku muak

gerah

marah

 

aku sangat marah

tapi kau sudah mati rasa

taklagi mampu membedakan yang baikdan yang buru.

 

Hongkong 18 april 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun