Mohon tunggu...
Rinta Nainggolan
Rinta Nainggolan Mohon Tunggu... Domestik Helper -

Lahir di indonesia merantau dan berjuang untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tubuh Terpecah dalam Ketelanjangan

21 Maret 2016   00:54 Diperbarui: 21 Maret 2016   01:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melihat mereka dengan sengaja bertelanjang

karena urat malunya sudah putus semua

Aku melihat mereka membagi bagi tubuhnya

karena mereka melacurkan kebenaran

Senjata mereka

adalah kepalsuan dan tipu daya

Ikat pinggang kebenaran

digantikan dengan kejaliman

Baju zirahnya bukan keadilan

tetapi kemunafikan dan dusta

Kasut mereka bukan kerelaan

tapi hawa nafsu dan ambisi

Perisai  mereka pun sudah meragukan

karena mereka tidak punya iman

Dan ketopongnya pun berlobang

karena kesombongan

Mereka tidak lagi menghargai amanah

tapi mereka melebihi singa yang mengaum ngaum

Jubah mereka terkoyak

sehingga mereka telanjang dan mempermalukan

mereka mempertontonkan kebodohannya

dan senyummereka adalah kepalsuan

Janji mereka seperti madu di sarang lebah

ketika disentuh bergerombol menyerang

Mereka tidak malu menelanjangi dirinya

dan tidak segan segan memenggal menggal martabatnya

Jiwa mereka tergadai  oleh tahta

nuraninya terjajah oleh ambisi

Mereka adalah iblis - iblis bermurah hati

memberi umpan mutiara kepada hewan

Seperti anjing -anjing penjilat

yang kembali pada muntahannya

meraka tidakpunya harga diri

walau banyak orang telah memberinya nilai omdo.

Yach begitulah ia seperti kutu busuk

ya sudah tau siapa dan apa kerja mereka.

Hongkong 21 03 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun