Mohon tunggu...
Rinta Nainggolan
Rinta Nainggolan Mohon Tunggu... Domestik Helper -

Lahir di indonesia merantau dan berjuang untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Kartini RTC] Aku Adalah Aza

21 April 2015   00:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rinta Nainggolan

No. Peserta 75

------


(foto: dok.pri)

Panggil saja namaku Aza.

Dua belas tahun yang lalu. Aku meninggalkan buah hatiku, seorang lelaki dan perempuan dalam mimpinya, yang malamnya aku dan keluarga sudah berunding akan pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuan kedua belahan jiwaku.

Hari masih terlalu pagi. Aku bergegas meninggalkan mereka, rasa sesak di dada begitu berat dalam diriku, apa boleh buat, ini harus terjadi. Tak perlu aku beberkan alasan kepergianku, tetapi semua pasti ada alasannya. Hari menunjukkan jam 8;00. Kami sampai di tujuan dimana saya akan melewati hari-hariku bersama teman-teman sependeritaan.

Setiap hari aku hanya melihat pemandangan yang sama tangis kerinduan dikala menjelang malam. Tertawa dikala ada pemeberitaan keberangkatan. Kami harus melupakan bumbu tempe yang enak dan sayur yang hijau di rumah.

Kami berhadapan dengan menu di penampungan yang penting ada rasa garamnya. Hanya dua hari aku di penampungan lalu aku dijemput majikan untuk PKL (praktek kerja lapangan) aku melihat rumah yang megah dan besar, dan dipikiranku pasti ada kamar dan toilet yang banyak. Bagaimanapun tempat ini tempaku dilatih untuk menjadi pembantu di luar negeri.

Senja pertama di rumah itu. Aku rindu kedua buah hatiku. Tak terasa telaga mataku mulai banjir. Kucoba menghibur diri dengan sebait tulisan yang kubuat lagu. Tidurlah sayang, tidur anakku manis. Tidurlah engakau dipangkuan yang lain. Ibu pergi dalam waktu yang lama. Doakan ibu cepat kembali. Lagu ini ku anggap pengganti hadirku di hati anakku.

Tak jua membuat hatiku lega, aku pun meminta keluargaku membawa anakku pada setiap sabtu hari berkunjung. Keluarga tak mengizinkan dengan alasan malah membuat anakku sakit. Betul juga pikirku. Hari pun berlanjut. Setiap hari menjelang tidur aku mencoret kalender. Kemewahan rumah majikanku adalah kesusahan bagiku.

Aku benci pada anjingnya,yang setiap hari diberi daging dan dimasak nyonyaku untuk makanan anjingnya. Sebegitu berharganya anjing tersebut. Aku setiap hari makan lauk terong dan tempe sisa masakan nyonya. Aku pun menggubah sebuah iklan lampu: terus terang terus terang terus.... menjadi terong terus..terong terus..terong..terus...

Lagu ini membuatku sedikit tertawa. Ketika aku merasa direndahkan dengan memakai sandal dua rupa dan terbalik untuk mengantarkan barang ke rumah pak RT. Kamar tanpa jendela. Setiap malam nyamuk berkerumun karena harus buka pintu agar tidak panas. Sebulan lamanya aku di sana. PJTKI memanggilku pulang ke penampungan karena udah ada majikan di Hongkong dan aku mengikuti pelatihan bahasa dan traning pekerjaan alat electronik dan masak.

Singkatnya bulan ketiga aku sudah mendapat visa dan akan berangkat. Saat pertama aku menaiki tangga pesawat rasa sedih dan bahagia bercampur aduk. Ada tekad dalam diriku “aku... aku akan memberi sesuatu yang bisa dirasakan keluargaku”. Enam jam perjalanan menghantarkan aku tiba di Hongkong. Hari ketiga di agent. Aku di jemput nyonyaku. Tentu saja setelah urusan keimigrasian selesai semua.

******

Hari demi hari ku lewati.

Ternyata nyonyaku tidak seperti nyonya yang di Indonesia mereka sekeluarga sangat baik dan memperlakukan aku seperti keluarganya. Walau pekerjaanku banyak tapi cukup membuat hatiku bersuka cita. Selama aku di Hongkong hari liburku kumanfaatkan untuk belajar banyak hal, terutama spiritual. Aku juga banyak belajar yang berguna aku ikuti selama di Hongkong.

Di Hongkong, aku mendapatkan banyak teman dan mentor yang membuat aku bisa betah melewati hari hari yang melelahkan. Sekali pun, di gereja. Aku mendapatkan pendidikan dan ketrampilan ketrampilan sesuai dengan bakatku.

Dan tidak lupa untuk selalu memperhatikan kepentingan keluarga.Anak-anakku tidak memeluk ragaku, tapi kasih sayang tidaklah berhenti mereka terima ,sebab bukan materi saja yang mampu memberi kebahagiaan. Kepergianku mengajarkan banyak hal. Hongkong adalah guru kehidupan ku. Banyak hal terjadi. Kemampuan-kemampuan yang tersembunyi bisa aku pakai, terutama di bidang tarik suara dan saya suka menulis.

Dan aku dibentuk menjadi seorang yang tangguh yang tidak mudah putus asa. Dan aku juga berani berkompetisi, walau tidak dalam hal-hal yang terlalu besar tetapi cukup bagiku membangun karakter yang kuat yang tidak mudah rapuh. Apa yang tidak pernah kupikirkan dan tidak pernah timbul dalam hatiku. Dulu,kini aku melihat dan alami. Aku berani berkarya dan bertindak dan lebih dewasa ketika berhadapan dengan persoalan,aku tidak lagi membebani orang atau keluarga. Aku wanita belajar dari Kartini dan emansipasinya.

Hongkong, 20/04/2015

14295494182004086018
14295494182004086018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun