"So, sebenarnya aku ada keinginan melanjutkan impianku untuk bikin novel, tapi kemarin aku kumpul sama teman-teman kampus Ris, mereka tidak menghalangi, namun memberi pertimbangan kalau mau jadi penulis itu effortnya harus powerfull, JK Rowling penulis Harry Potters aja ketolak berkali-kali draftnya, apalagi aku, iya gak sih?". Ucap Bejo dengan nada pesimis.
"Ya berhenti aja Jo, tidak usah lanjutkan".
"Hah, maksudnya kamu suruh aku berhenti menulis".
"Iya Jo".
"Kenapa Ris, apa karena itu memang susah dan impossible dengan keadaanku sekarang".
"Bukan, kubur mimpimu dan ikutlah realistis bersama keadaan, jika kamu tidak ingin membuat perubahan, tapi kejar dan raihlah impian, jika kamu yakin dengan harapan".
"Bagaimanapun juga, realistis dan idealis itu emang selalu berjalan bareng, namun akan susah untuk menemukan titik tengah atau membuatnya seimbang Jo".
"Terus Ris" ?
"Cara terbaik, realistis lah dengan keadaan kita sekarang, namun jangan tinggalkan idealis, selama mimpi kita belum tercapai (idealis) tetaplah berikan porsi yang besar pada realistis. Namun kalau kamu sudah mulai menemukan titik terang soal apa kesukaanmu, apa passionmu dan kamu nyaman, apalagi kamu dapat reward dari kemampuanmu sebagai penulis. So, automatis, realistis akan ikut sendiri dan bahkan".
"Bahkan apa Ris" ?
"Realistismu itulah idealis".