Umat islam sebenarnya mempunyai petunjuk yang jelas yang dapat diterapkan dalam peristiwa paradox ini, namun tidak seluruh umat islam mengetahui petunjuk rasulullah. Kalaupun mengetahui, banyak di antara mereka lebih percaya pada logika-logika yang dibuat-buat oleh para ulama yang tidak bertakwa.
dari Ibnu Umar r.a berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber kekafiran datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” (Musnad Ahmad 2/72 no 5410)
dari Ibnu Umar r.a berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan”[Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Kota Najd, yang saat ini merupakan daerah yang meliputi Riyadh, adalah asal mula munculnya kegoncangan dan fitnah, dan munculnya tanduk syaitan. Banyak tanda-tanda as-sa’ah yang dimunculkan dari kota tersebut, termasuk kerusakan umat di Suriah (Syam), peperangan di Yaman terhadap kaum faddadin dan lain-lain. Bila kita cermati, kita akan mendapatkan kenyataan bahwa tanda-tanda assa’ah itu telah muncul berasal dari kota Najd.
Itu adalah petunjuk rasulullah yang sebenarnya cukup jelas. Namun sayangnya banyak permainan logika oleh para ulama tidak bertakwa yang berupaya membelokkan petunjuk menjadi kabur. Sebenarnya upaya pembelokan petunjuk tersebut sangat terasa aromanya, karena petunjuk itu jelas, namun banyak orang berusaha membohongi diri sendiri untuk percaya kepada logika-logika tersebut.
Negara Islam Tanpa Riba
Selain paradox, umat islam juga memiliki contoh keberhasilan perbankan tanpa riba, walaupun tidak banyak umat islam yang berhasil mendirikan sistem tanpa riba. Syaitan menghancurkan sistem keuangan tanpa riba yang bertentangan dengan metode syaitan mengelola dunia. Jerman pada jaman Adolf Hitler sangat menguasai persenjataan, namun karena dikeroyok oleh negara-negara sekutu maka harus takluk kepada negara-negara tersebut. Libya harus merelakan Muammar Khadafi terbunuh karena bermaksud mendirikan bank tanpa bunga.
Iran merupakan salah satu negara, atau satu-satunya negara di dunia modern yang berhasil menjalankan sistem keuangan tanpa bunga. Pada salah satu mata uang Iran dituliskan sebuah hadits dari rasulullah yang boleh jadi memang harus dituliskan demikian sebagai monumen, mengingatkan bahwa sistem keuangan tanpa bunga tersebut hanya dapat berhasil dengan hadits tersebut.
Dari abu Hurairah r.a berkata : di antara kami terdapat Salmaan Al-Faarisy. Maka Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas tubuh Salmaan Al-Faarisy seraya bersabda :“Seandainya keimanan itu ada pada bintang Tsurayaa, pastilah akan dicapai oleh beberapa orang atau seseorang di kalangan mereka”.( HR Muslim, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, Ibnu Abi Haatim, dan Ibnu Jariir)
Bukan senjata yang hebat sebagaimana yang dimiliki Hitler yang diperlukan untuk urusan itu, tetapi iman lah yang membuatnya bisa terjadi. Manusia butuh iman setinggi bintang tsurayya untuk berhasil menjalankan sistem keuangan yang tidak dikendalikan syaitan, seperti yang dimiliki sosok yang berhasil membuat bank tanpa bunga yang disebutkan dalam hadits tersebut.
Hanya Islam yang bisa menjadi jalan untuk menggapai iman setinggi bintang tsurayya. Bukan syiah yang membuat Khomeini berilmu demikian tetapi islam. Begitu juga bukan karena sunni umat islam di negara lain belum mampu merealisasikan bank tanpa bunga. Harus ada seseorang yang imannya melampaui kekuasaan syaitan untuk merealisasikan hal itu.