3. Kampanye Kesadaran Diri: Mengadakan program untuk mendorong refleksi batin di kalangan pejabat publik, sehingga mereka menyadari dampak negatif korupsi terhadap diri sendiri dan masyarakat.
"MULUR, MUNGKRET":
Konsep ini berkaitan dengan dinamika keinginan manusia.
- Mulur: Ketika keinginan terpenuhi, kita cenderung ingin lebih banyak lagi. Ini seperti karet yang ditarik, semakin ditarik semakin panjang.
- Mungkret: Sebaliknya, ketika keinginan tidak terpenuhi, kita akan merasa kecewa dan keinginan kita seolah menyusut.
Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa kedua kondisi ini bersifat sementara. Kebahagiaan yang kita rasakan ketika keinginan terpenuhi tidak akan bertahan lama, begitu pula dengan kesedihan ketika keinginan tidak terpenuhi.
Olah Rasa dan Adaptasi Diri:
Konsep ini menyimpulkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, kita perlu melatih diri untuk mengelola emosi dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Dengan memahami keenam prinsip "SA" dan menyadari sifat sementara dari keinginan, kita dapat hidup lebih tenang dan bahagia.
Manfaat Memahami Konsep Ini:
- Menghindari kecemasan: Dengan memahami bahwa keinginan bersifat sementara, kita tidak akan terlalu terikat pada hasil dan mengurangi kecemasan.
- Meningkatkan rasa syukur: Fokus pada apa yang sudah dimiliki akan meningkatkan rasa syukur dan kepuasan hidup.
- Membangun hubungan yang lebih baik: Dengan sikap yang lebih sederhana dan tidak serakah, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain.
- Mencapai ketenangan batin: Dengan mengelola emosi dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kita dapat mencapai ketenangan batin.
Why: Relevansi Kebatinan dalam Pencegahan Korupsi
Pendekatan tradisional dalam pemberantasan korupsi sering kali hanya menargetkan aspek hukum dan kelembagaan. Penegakan hukum dan hukuman berat memang penting, tetapi sering kali hanya efektif sebagai tindakan reaktif. Jika akar dari korupsi adalah ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan diri, maka solusi preventif harus melibatkan transformasi moral individu.
Relevansi kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dalam konteks ini adalah: