Kawruh Jiwa berfungsi sebagai landasan pembentukan karakter pemimpin yang: Â
-Berintegritas: Jujur dan setia pada kebenaran (sa-benere dan sa-mesthine). Â
- Bijaksana: Tahu kapan bertindak secukupnya atau seperlunya (sa-butuhne, sa-cukupe, dan sa-perlune). Â
- Empatik: Mampu memahami orang lain dan tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi. Â
Pangawikan Pribadi:
- Merupakan proses memahami diri sendiri, rasa sendiri, dan hakekat diri.
- Proses ini melibatkan kesadaran akan keadaan saat ini (saiki), tempat saat ini (ing kene), dan kondisi saat ini (lan ngene).
Tujuan Pangawikan Pribadi:
- Mengendalikan keinginan-keinginan yang dapat menghambat pertumbuhan pribadi, seperti:
- Semat: Keinginan akan kekayaan, kenikmatan, dan kesenangan yang berlebihan.
- Derajat: Keinginan akan kedudukan, kemuliaan, dan kebanggaan yang tinggi.
- Kramat/status sosial: Keinginan akan kekuasaan, kepercayaan, dan pengakuan dari orang lain.
- Mengendalikan keinginan-keinginan yang dapat menghambat pertumbuhan pribadi, seperti:
What: Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dan Hubungannya dengan Korupsi
Kebatinan yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah filsafat hidup yang menekankan pentingnya pengenalan diri dan pengendalian hawa nafsu untuk mencapai kebahagiaan sejati.Â
Ia percaya bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diperoleh dari materi atau penghormatan duniawi, melainkan dari rasa puas terhadap diri sendiri (kawruh jiwa). Kebatinan ini memandang bahwa manusia yang mengenal dirinya secara mendalam akan terhindar dari keserakahan, iri hati, dan perilaku tidak jujur---akar dari korupsi.
Korupsi, dalam perspektif ini, dapat dilihat sebagai akibat dari ketidakmampuan seseorang untuk mengenali batas kebutuhannya. Ketika seseorang tidak memahami bahwa kebahagiaan tidak terletak pada harta atau kekuasaan, ia cenderung terjebak dalam perilaku koruptif.Â
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang "ngudi kasampurnan" (mencari kesempurnaan batin) dan "rasa bebas" (kebebasan dari nafsu duniawi) menawarkan landasan filosofis yang kuat untuk mencegah perilaku korupsi dari akarnya, yaitu jiwa individu.