Aristoteles menekankan pentingnya Pendidikan dalam pembentukan pemimpin yang baik. Seorang pemimpin tidak dilahirkan, melainkan dibentuk melalui proses pendidikan yang panjang. Pendidikan ini tidak hanya mencakup aspek pengetahuan teknis dan politik, tetapi juga pendidikan moral yang menekankan pengembangan kebajikan. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang filosofi, etika, dan politik, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat untuk masyarakat.
- Keseimbangan Kepemimpinan
Menurut Aristoteles, gaya kepemimpinan yang baik adalah yang mencapai keseimbangan antara kekuatan dan kelembuta, serta antara rasionalitas dan emosi. Pemimpin yang bijaksana tidak terlalu keras atau terlalu lunak, melainkan menyesuaikan tindakannya sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Gaya kepemimpinan yang ideal mencakup kemampuan untuk memahami kebutuhan individu dalam masyarakat dan pada saat yang sama menjaga kohesi komunitas secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus beradaptasi dengan kondisi politik yang dinamis sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip kebajikan.
- Kepemimpinan dan Keadilan
Dalam Politika, Aristoteles juga menekankan bahwa keadilan adalah elemen paling penting dari kepemimpinan yang baik. Keadilan, menurutnya, adalah apa yang baik bagi keseluruhan komunitas dan mencakup pembagian kekuasaan dan sumber daya secara adil di antara warga negara. Pemimpin yang adil akan mempertimbangkan kepentingan semua pihak dan tidak memihak, sehingga kepemimpinannya akan menciptakan harmoni sosial.
Aristoteles menjelaskan pandangannya tentang politik dan kepemimpinan dalam karyanya yang terkenal, Politika. Di dalamnya, ia melihat manusia sebagai "zoon politikon" atau makhluk sosial. Bagi Aristoteles, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang hidup di dalam komunitas, dan kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan dalam tatanan sosial tersebut.
Menurut Aristoteles, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kesejahteraan Bersama atau common good. Berbeda dengan pemimpin tiran yang mengejar keuntungan pribadi atau kelompok kecil, Aristoteles menekankan pentingnya pemimpin yang menempatkan kesejahteraan publik sebagai tujuan utama. Dalam pengertian ini, pemimpin haruslah seseorang yang memiliki kebajikan (aret), yaitu sifat-sifat mulia yang memungkinkan mereka memerintah dengan adil.
Selain itu, Aristoteles mengidentifikasi tiga bentuk dasar pemerintahan:
1. Monarki (kepemimpinan oleh satu orang yang bijaksana),
2. Aristokrasi (kepemimpinan oleh kelompok kecil orang yang bermoral tinggi dan memiliki pengetahuan),
3. Politei (kepemimpinan oleh banyak orang yang mendasarkan kekuasaan pada hukum dan keadilan).
Namun, masing-masing bentuk pemerintahan ini bisa berubah menjadi bentuk buruknya jika tidak dikelola dengan baik: monarki bisa berubah menjadi tirani, aristokrasi menjadi oligarki, dan politeia menjadi demokrasi yang tidak stabil atau anarki.