Memeluk Takdir
Segala sembab tanpa sebab
Jatuh berguguran namun sekejap
Kerap kali ingin mendekap
Berbisik hati meminta harap
Hutang kalimat yang dulu kau ucap
Terbang kea wan mimpi tanpa sayap
Bertanya pada langit gelap
Pada siapa diri kan menetap?
Apa yang telah kau perbuat
Hingga dada berdegup cepat
Mengalahkan detik, pun kilat
Tak kusangka, begitu dahsyat
Sebatas angan sesaat
Terngiang dalam pikiran sesat
Melupa adalah ancaman yang berat
Sedang kesalahan terbesar adalah mengingat
Sudah tahu duri, tetap saja kau nekat
Tanpa sadar, diri ini lewat
Tanpa sadar diri ini tak berpegangan erat
Bodoh sekali, mengapa tak mencoba loncat?
Ini perihal sesaat yang sekiranya bisa dijalankan secara sehat
Meyakini Tuhan akan menjawab pertanyaan singkat
Berharap yang membuat penat dalam sesaat segera menghijau pekat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H