Mohon tunggu...
Nailur Muqorobin
Nailur Muqorobin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Biarkan dunia yang melihatmu, lakukan yang terbaik, optimis, dan berdo'alah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jeritan Ramadan

30 Mei 2020   16:42 Diperbarui: 30 Mei 2020   16:38 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Detik mengupas waktu begitu cepat
Hari berganti minggu kian tak terasa
Bulan ini semakin tua
Seakan telah lelah dan bosan
Sang Sya'ban mulai melambai diujung jalan
Memanggil diriku tuk mengganti tugasnya
Umurnya di tahun ini tak lagi lama
Satu dua langkah akan tiada

Giliranku akan segera tiba
Mendampingi umat Rosul tercinta
Namun, aku merasa ada yang berbeda
Tak biasa penyambutanku sepi tanpa suara, tak bergembira
Dengungan "Marhaban Yaa Ramadhan" tiada terdengar
Apakah aku tak lagi berharga?
Atau hamba-Nya sudah lupa?

Aku merasa tersisih dan tersaing
Mereka disibukkan dengan Si Pendatang Baru dari Negeri Tetangga
Berjaga segalanya sebab dia berbahaya
Ya Tuhanku..
Terulangkah kesenangan di kala dulu?
Sahur... ,sahur ....
Mereka meramaikanku di seperempat malam dengan nyaringnya bambu
Berkoar mengingatkan saudaranya tuk laksanakan amalan wajib sekali setahun
Memberkahkanku dengan lantunan syair firman-Mu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun