Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Termasuk kewajiban dalam mendengarkan, memahami dan merespon setiap waktu demi waktu yang dilalui bersama. Untuk itu semua, komunikasi adalah cara yang tepat dalam mengikatkan hubungan menjadi lebih erat. Namun tidak semua orang memiliki komunikasi yang baik, termasuk dalam keluarganya sendiri. Hal ini terbentuk tidak dalam satu hari melainkan dari kebiasaan yang dilakukan dari kecil hingga dewasa. (Sobandi, 2017)
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami[1]istri atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas, atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.1 Kehidupan keluarga sebagai kelompok sosial hidup secara berkelompok, tidak menyendiri, akan tetapi berada dalam kehidupan sosial dengan budanyanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dengan para anggota dalam keluarga termasuk anak-anaknya.2 Dalam bersosialisasi dan berinteraksi atau berkomunikasi dengan lainnya harus dilandasi dengan prinsip kejujuran, kepercayaan, kesetiaan sehingga keluarga tidak rapuh dan tetap kokoh walaupun terjadi goncangan dalam kehidupan, akan tetapi bisa dilalui dan diatasi dengan baik.( Samsinar,2017)
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan perilaku non-verbal. (Deddy, 1996). Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik berbentuk verbal (kata[1]kata) atau bentuk non-verbal (non kata-kata). Sementara komunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya "the communication is in tune", yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan (Deddy, 1996).
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan.2 Pengirim dan penerima pesan komunikasi harus dalam sistem yang sama, jika tidak sama, maka komunikasi tidak akan pernah terjadi (Abdullah, 1984).. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan komunikasi dapat dikatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu: 1) Pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaiman dimaksud oleh komunikator; 2) Ditindak lanjuti dengan perbuatan secara suka rela; dan 3) Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi (Sobandi,2017).
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak; dari anak ke orang tua; atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komukasi. Yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan cenderung menunda komukasi. (Sobandi, 2017)
Komunikasi dalam interaksi keluarga dianggap penting untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan. Komunikasi dikatakan berhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi demikian harus dilakukan dengan efektif. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga terasa hilang, karena di dalamnya tidak ada kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, sehingga kerawanan hubungan antara orang tua dan anak sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kehidupan keluarga (Saeful, 2004).
Keluarga hendaknya menggunakan bentuk komunikasi dengan orientasi konformitas (conformity orientation) yaitu interaksi keluarga yang menanamkan kepada kesamaan antara anggota keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam mengambil keputusan, mempunyai karakter interaksi yang berfokus pada interaksi keluarga yang menanamkan kesamaan anggota keluarga sehingga anak bisa terlibat dalam pengambilan keputusan (Dasrun, 2012).
komunikasi keluarga dalam Rosnandar (1992;4) adalah proses penyampaian pernyataan atau pesan komunikasi kepada anggota keluarga dengan tujuan untuk mepengaruhi atau membentuk sikap sesuai isi pesan yang disampaikan bapak atau ibu sebagai komunikator. Idris Sardy (1992;2), komunikasi keluarga pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pesan bapak atau ibu sebagai komunikator kepada anak-anak sebagai komunikan tentang normanorma atau nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dengan tujuan keutuhan dan pembentukan keluarga yang harmonis. Selanjutnya 5 cara komunikasi keluarga agar efektif yang dipaparkan dalam (multiply.com/jurnal/item/26), yaitu: 1) Respek 2) Empati 3) Audibel 4) Jelas 5) Tepat 6) Rendah Hati.
komunikasi merupakan cara terbaik dalam mengenal pridabi seseorang termasuk dalam suatu keluarga. Tidak semua orang memiliki komunikasi yang baik bahkan didalam keluarganya sendiri; hal ini tidak terbentuk dalam satu hari melainkan dari kebiasaan yang dilakukan baik dari masih kecil hingga dewasa. Adapun beberapa cara untuk menumbuh kembangkan komunikasi dalam keluarga.
- Pertama, luangkan waktu untuk mendengarkan (2017) Ketika mencoba untuk meningkatkan hubungan, mendengarkan jauh lebih penting daripada berbicara, jadi ketika menginginkan komunikasi yang baik dalam keluarga, lebih baik menjadi pendengar dengan menjadi pendengar empat kali lebih lama daripada yang berbicara. Dan juga, berpikirlah dua kali tentang apa yang akan disampaikan kepada anggota keluarga. Kadang[1]kadang apabila anak ingin berkomunikasi dengan orang tua, reaksi pertama orang tua adalah berteriak-teriak dan mengomel, terutama untuk berita yang negatif. Untuk menghindari hal ini, jika secara spontan reaksi orang tua meledak sebelum anak selesai mengungkapkan ceritanya, orang tua diharapkan tidak gengsi mengucap maaf. Minta maaflah dengan segera dan yakinkan dia bahwa sekarang waktu yang tepat untuk menyampaikan pesannya atau kisahnya.
- Kedua, ciptakan kesempatan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Bukan menjadi suatu rahasia lagi bahwa terkadang banyak orang tua yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan sosialita mereka, hingga terkadang tidak terlalu berkomunikasi dengan anak-anaknya. Disatu sisi, anak-anak pun mulai beranjak remaja dan semakin sibuk dengan kegiatan sekolahnya serta lebih memilih menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya, kegiatan ekstrakulikulernya, atau pun berada di kamarnya. Seiring dengan berjalannya waktu, semakin disadari adanya krisis komunikasi yang terjadi diantara anggota keluarga. Inilah saat yang tepat untuk mulai merubahnya. Ciptakan kesempatan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Kurangi kegiatan dan mintalah waktu luang agar keluarga dapat berkumpul menghabiskan satu hari dan dapat menciptakan komunikasi dengan lebih baik.
- Ketiga, pergi liburan bersama. Pergi berlibur bersama merupakan salah satu cara untuk menghabiskan waktu dengan anggota keluarga dan membuat keluarga menjadi semakin dekat satu sama lain. Pergi liburan bersama tidak harus ke tempat-tempat yang mahal atau pun jauh, liburan juga dapat dilakukan disalah satu tempat rekreasi di sekitar daerah rumah yang mungkin sudah lama tidak pernah dikunjungi sekeluarga. Ini akan menjadi seperti suatu pertualangan bersama yang dapat dinikmati bersama. Dengan berlibur bersama ini dapat memberikan waktu pada masing-masing anggota keluarga untuk lebih banyak berkomunikasi dan berinteraksi yang membuat hubungan keluarga semakin sejahtera.
- Keempat, jadwalkan bersama waktu untuk berkomunikasi (Kathleen, 2001). Tiap keluarga wajib mengatur waktu untuk berbicara dan menciptakan sesuatu untuk dibicarakan. Mendorong satu sama lain untuk menceritakan pengalaman masing-masing, maupun mengenai keluarga, atau mengenai masa lalu masing-masing adalah hal yang akan menghangatkan hubungan suami-istri maupun orang tua-anak. Sebab itu bawalah topik-topik untuk didiskusikan yang akan menarik perhatian anggota keluarga yang lain. Saat saling berkomunikasi haruslah menjadi waktu yang menyenangkan.
- Kelima, pertahankan waktu berkomunikasi setiap hari. Tentukan waktu setiap hari untuk membicarakan masalah hidup. Pembicaraan setiap hari ini bukanlah untuk penyelesaian masalah rumah tangga yang dalam, Urgensi Komunikasi namun untuk melibatkan komunikasi dalam pembicaraan mengenai kehidupan setiap hari yang dapat meliputi masalah anak-anak, pekerjaan, tetangga, atau apa yang terjadi pada hari itu. Informasi-informasi ini akan melibatkan seseorang dalam hubungan keluarga semakin kuat dan sejahtera. Banyak orang tua dan anaknya yang menggunakan waktu 10-15 menit untuk mempersatukan kembali hubungan satu sama lain setelah kegiatan sepanjang hari. Sebagian menggunakan waktu makan untuk perbincangan ini, sedangkan sebagian orang menggunakan waktu setelah makan malam. Masalah waktunya bukanlah masalah, namun yang penting ialah adanya waktu yang disediakan khusus untuk pembicaraan anggota keluarga setiap hari.
- Keenam, mengadakan rapat keluarga. Hal yang sangat ideal adalah bila setiap rumah tangga memiliki rapat keluarga yang telah disetujui bersama satu kali atau dua kali dalam satu minggu. Inilah waktunya dimana masalah keluarga dapat dibahas bersama. Perencanaan keluarga dapat didiskusikan dan masalah keluarga dirundingkan dan diatasi bersama. Kegiatan-kegiatan keluarga untuk minggu depan dapat dibahas dan disetujui bersama. Suasana rapat keluarga haruslah dalam suasana yang santai, dengan tidak adanya interupsi. Perencanaan bersama dan keputusan bersama akan menghindarkan suatu keadaan dimana hanya salah satu saja yang mengambil keputusan. Menghargai pendapat, dan memutuskan bersama menunjukkan masing-masing memiliki identitas diri, dan membina hubungan keluarga dengan saling menghargai satu sama lain.
- Ketujuh, pembicaraan di dalam kendaraan. Salah satu cara untuk menggunakan waktu bersama semaksimal mungkin ialah dengan berkomunikasi saat mengendarai kendaraan. Apakah ini dilakukan dalam masa berlibur, atau dalam perjalanan untuk berbelanja, atau kegiatan lainnya, pembicaraan di dalam kendaraan akan ikut menolong memperbaiki hubungan satu sama lain.
- Kedelapan, kegiatan bersama. Kegiatan bersama dalam bentuk bermain bersama merupakan kesempatan untuk berkomunikasi tanpa suatu tekanan. Bermain bersama akan memberikan kesempatan untuk berbicara serta menghilangkan kebosanan dari kegiatan rutin. Kebersamaan keluarga akan memberikan pendapat atau ide, yang akan dapat menumbuhkan hubungan komunikasi keluarga yang baik.
- Kesembilan, memberikan kasih sayang dengan kata-kata. Pernyataan kasih sayang dengan kata-kata boleh jadi mengukuhkan perasaan diterima, dihargai, atau dihormati oleh masing-masing anggota keluarga. Betapa sering kita tidak terbiasa untuk menyatakan kasih sayang dengan kata-kata mesra, dengan berpendapat bahwa yang terpenting adalah menyatakan kasih sayang dengan perbuatan. Namun kasih sayang yang tidak dikatakan akan makin lama makin dilupakan. Pernyataan kasih sayang setiap hari adalah salah satu teknik yang berdayaguna untuk mempermudah dalam menghadapi masa[1]masa yang sukar di masa mendatang.(Sobandi & Dewi, 2017)Awaluddin, A. (2019). Studi tentang pentingnya komunikasi Dalam pembinaan keluarga. RETORIKA: Jurnal Kajian Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 1(1), 110--118. https://doi.org/10.47435/retorika.v1i1.246
Dewi, R. R., & Kurniadi, O. (2024). Komunikasi Keluarga dalam Keluarga dengan Orang Tua Entrepreneur. Jurnal Riset Public Relations, 4(1), 57--64. https://doi.org/10.29313/jrpr.v4i1.3827
Sobandi, O., & Dewi, N. (2017). Urgensi Komunikasi Dan Interaksi Dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal, 2(1), 51--62. https://doi.org/10.15575/ath.v2i1.2722
Temukan artikel menarik lainnya di : https://bk.fip.unesa.ac.id/
- REFERENSI
(Awaluddin, 2019)Awaluddin, A. (2019). Studi tentang pentingnya komunikasi Dalam pembinaan keluarga. RETORIKA: Jurnal Kajian Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 1(1), 110--118. https://doi.org/10.47435/retorika.v1i1.246
Dewi, R. R., & Kurniadi, O. (2024). Komunikasi Keluarga dalam Keluarga dengan Orang Tua Entrepreneur. Jurnal Riset Public Relations, 4(1), 57--64. https://doi.org/10.29313/jrpr.v4i1.3827
Sobandi, O., & Dewi, N. (2017). Urgensi Komunikasi Dan Interaksi Dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal, 2(1), 51--62. https://doi.org/10.15575/ath.v2i1.2722
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H