Istilah triangulasi berasal dari navigasi dan peta. Lokasi suatu titik dapat dipastikan ketika kita mengetahui posisinya terhadap dua titik lain. Begitupula dalam penelitian. Kita bisa mengetahui kebenaran atau kredibilitas suatu data setelah membandingkan data yang kita dapat dari subjek dengan data yang didapat dari dua atau lebih sumber lain.
Misalkan ketika kita ingin meneliti tentang motivasi belajar siswa, maka selain dari subjek kita juga harus menggali data dari orang di sekelilingnya, seperti guru, orang tua atau teman sebaya. Ketika guru, orang tua atau teman subjek tersebut mengatakan hal yang sama dengan subjek maka kredibilitas data yang kita dapat akan tinggi. Selain mempertinggi kredibilitas, triangulasi juga dapat memperdalam hasil penelitian.
Triangulasi dapat juga dilakukan antara hasil dua peneliti atau lebih. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh suatu team, maka triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen. Instrumen-instrumen yang berbeda tersebut akan mengungkap kekurangan data antara satu dengan yang lain.
Triangulasi tidak sekedar menilai kebenaran data, akan tetapi juga untuk menyelidiki validitas tafsiran kita mengenai data tersebut. Oleh karena itu triangulasi harus bersifat reflekstif. (Nasution, 2003)
Â
Referensi : Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H