Mohon tunggu...
Ahmad Nailul Murad
Ahmad Nailul Murad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Peminat Kajian Islam. Fb = Ahmad Nailul Murad. Twitter = Nailulmurad. WA: +201021995700

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar Azhari dan Punggawa KKS

26 Juni 2019   16:24 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bahkan didalam buku "Maa Dzaa Khasiral 'Aalam binkhitatil Muslimin". Buku ini ingin memberitahukan akan satu hal, yakni kebahagiaan sebagai Pemimpin hanya akan bisa diraih jika kita memiliki orientasi dan tujuan hidup yang jelas dan jangka panjang serta tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan hidup yang bersifat jangka pendek.


Jika anda ingin berkaca maka ambillah contoh yang paling ideal, maka sejatinya contoh yang ideal itu ada pada sosok Rasulullah yang telah membangun Madinah. Saya tidak ingin bercerita panjang sejarah Rasulullah membangun kota madinah. Tapi mari kita petik hikmahnya.


Madinah bukanlah hanya negara, tapi sebuah bangunan peradaban yang sangat tinggi yang ditopang oleh satu komunitas yang memiliki ciri-ciri khas, di antaranya ialah sikap "Sangat berpihak terhadap ilmu pengatahuan" dan "Membangun rasa kekeluargaan".  Rasulullah tidak menyiapkan para jagoan untuk mendirikan negara Madinah. Tetapi, yang disiapkan oleh Rasulullah adalah manusia-manusia yang beradab, yang memiliki keteguhan sikap, keyakinan, keimanan yang sangat mendalam dan keberpijakan terhadap ilmu pengatahuan.


Bahkan didalam risalah ulama besar yang terkenal, "Limaadza Taakkharal Muslimun wa Taqaddama Ghairuhum" , Syeh Muhammad Abduh mengungkapkan, mengapa kita mengalami kemunduran di berbagai lini kehidupan. Syeh Muhammad Abduh memberikan Isyarat. Salah satu jawabannya yaitu karena sikap yang menonjol terhadap diri kita adalah rendahnya keberpihakan terhadap ilmu pengatahuan.


Bahkan di dalam lagu Indonesia Raya disebutkan, "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya!" Jadi jiwa dulu yang harus dibangun. Jiwa yang sehat bagi kita adalah yang memiliki iman, berakhlak mulia dan sangat berpihak terhadap ilmu pengatahuan. Membangun Badannya dengan cara membangun rasa kekeluargaan, mengayomi dan mencintai wargannya.


Maka tulisan ini saya tutup dengan mengutip kalimat yang bersajak "Jika kepemimpinan mengalami stagnisasi, itulah saatnya untuk regenerasi. Kepemimpinan yang lamban dan minim terobosan adalah jenis kepemimpinan yang karatan. Dibutuhkan darah muda, darahnya para pemula yang segar dan bertenaga. Agar bangsa bisa terus bergerak maju tidak mandeg layaknya orang yang encok melulu. Jika idealisme jadi kemewahan terakhir anak muda, masi cukup idealiskah para pemimpin kita? ~Najwa Shihab


Selamat berjuan wahai para pemuda. Selamat berjuang para Punggawa KKS. Saya harap anda memperjuangkan kedua ciri khas itu.

Wallahu a'lam


Darb Al-ahmar, Kairo 26 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun