Bahkan didalam buku "Maa Dzaa Khasiral 'Aalam binkhitatil Muslimin". Buku ini ingin memberitahukan akan satu hal, yakni kebahagiaan sebagai Pemimpin hanya akan bisa diraih jika kita memiliki orientasi dan tujuan hidup yang jelas dan jangka panjang serta tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan hidup yang bersifat jangka pendek.
Jika anda ingin berkaca maka ambillah contoh yang paling ideal, maka sejatinya contoh yang ideal itu ada pada sosok Rasulullah yang telah membangun Madinah. Saya tidak ingin bercerita panjang sejarah Rasulullah membangun kota madinah. Tapi mari kita petik hikmahnya.
Madinah bukanlah hanya negara, tapi sebuah bangunan peradaban yang sangat tinggi yang ditopang oleh satu komunitas yang memiliki ciri-ciri khas, di antaranya ialah sikap "Sangat berpihak terhadap ilmu pengatahuan" dan "Membangun rasa kekeluargaan". Â Rasulullah tidak menyiapkan para jagoan untuk mendirikan negara Madinah. Tetapi, yang disiapkan oleh Rasulullah adalah manusia-manusia yang beradab, yang memiliki keteguhan sikap, keyakinan, keimanan yang sangat mendalam dan keberpijakan terhadap ilmu pengatahuan.
Bahkan didalam risalah ulama besar yang terkenal, "Limaadza Taakkharal Muslimun wa Taqaddama Ghairuhum"Â , Syeh Muhammad Abduh mengungkapkan, mengapa kita mengalami kemunduran di berbagai lini kehidupan. Syeh Muhammad Abduh memberikan Isyarat. Salah satu jawabannya yaitu karena sikap yang menonjol terhadap diri kita adalah rendahnya keberpihakan terhadap ilmu pengatahuan.
Bahkan di dalam lagu Indonesia Raya disebutkan, "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya!" Jadi jiwa dulu yang harus dibangun. Jiwa yang sehat bagi kita adalah yang memiliki iman, berakhlak mulia dan sangat berpihak terhadap ilmu pengatahuan. Membangun Badannya dengan cara membangun rasa kekeluargaan, mengayomi dan mencintai wargannya.
Maka tulisan ini saya tutup dengan mengutip kalimat yang bersajak "Jika kepemimpinan mengalami stagnisasi, itulah saatnya untuk regenerasi. Kepemimpinan yang lamban dan minim terobosan adalah jenis kepemimpinan yang karatan. Dibutuhkan darah muda, darahnya para pemula yang segar dan bertenaga. Agar bangsa bisa terus bergerak maju tidak mandeg layaknya orang yang encok melulu. Jika idealisme jadi kemewahan terakhir anak muda, masi cukup idealiskah para pemimpin kita? ~Najwa Shihab
Selamat berjuan wahai para pemuda. Selamat berjuang para Punggawa KKS. Saya harap anda memperjuangkan kedua ciri khas itu.
Wallahu a'lam
Darb Al-ahmar, Kairo 26 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H