Peran Generasi Muda dalam Dakwah di Media Sosial: Mengulas tanggung jawab pemuda dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di media digital.
Zaman semakin maju dan teknologi pun semakin canggih. Pada zaman ini, begitu mudahnya kita mendapatkan informasi, dari ujung hingga ke ujung, dari penjuru sampai ke pelosok. Pada zaman ini, hampir semua orang tidak dapat lepas dari internet, baik untuk bermain game ataupun bermain sosmed. Dan tak jarang pula dalam sosmed terdapat informasi-informasi yang bohong dan kurang mendidik. Oleh karena itu, diharapkan semua orang, khususnya pemuda pemudi yang merupakan penerus bangsa dapat memilah dan menyaring informasi yang diterimanya.
Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, pemuda pemudi harus memiliki ketakwaan dan ilmu. Hal ini sesuai dengan ucapan Imam Syafi'i, "jika ada pemuda yang tidak memanfaatkan masa mudanya dengan baik, maka ia serupa pemuda yang tiada arti" Maka seandainya pemuda pemudi tidak memiliki keduanya, maka bagaikan ia tidak ada jati diri.
Melihat kehidupan pemuda Islam saat ini, ada dua nilai Islam yang mulai hilang. Yaitu pemahaman pemuda Islam tentang konsep Islam dan berkurangnya penerapan nilai-nilai yang diwariskan oleh pemuda Islam.
Kita mengetahui sendiri bahwa saat ini cukup menjadi trending konten-konten berbau islami. Ada beberapa diantaranya yang di produksi oleh pihak tak bertanggung jawab, sehingga mengakibatkan pemuda pemudi berideologi ekstrem.
Berkaitan dengan tugas dakwah, sejatinya setiap muslim wajib berdakwah. Sebagaimana sabda nabi yang berbunyi "Sebarkanlah ilmu yang aku sampaikan walaupun hanya satu ayat" Hadits ini terkenal, namun tidak banyak yang mampu mengamalkannya.
Alasan yang kerap kali digunakan untuk enggan berdakwah ialah kurangnya kesiapan. Dan hal yang perlu kita sadari adalah dakwah tidak hanya melalui mimbar-mimbar pengajian serta bergelar ustadz atau kiai. Mengajak ke masjid termasuk dakwah, dikembalikan pada definisinya yang berarti mengajak. Dan yang dimaksudkan mengajak ialah pada kebaikan.
Perlu juga bagi generasi milenial mengetahui istilah pribumisasi untuk strategi dakwahnya, sebagaimana yang dicanangkan oleh Gus Dur yang merupakan presiden ke-empat. Pribumisasi yakni menggabungkan Islam ke kebudayaan.
Namun, dalam praktiknya tidak selalu hanya dengan kearifan lokal daerah, tetapi bisa dengan kearifan lokal zaman serta pergerakan zaman. Dan yang sesuai dengan kondisi saat ini ialah dengan teknologi melalui media sosial tersebut. Banyak sekali platform yang mendukung, misalnya WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, Tiktok dan Threads.
Di masa yang canggih dan serba mudah ini, kita bisa memanfaatkan internet serta sosial media kita untuk berdakwah. Misalnya; memosting quotes dari ulama dan tokoh-tokoh Islam, melakukan live streaming saat pengajian online, sholawat bersama dan lain sebagainya.
Sedangkan kondisi konten-konten saat ini begitu miris, tidak bertanggung jawab dan dapat merusak bangsa. Lantas bagaimana nanti masa penerus bangsa?