Mohon tunggu...
Nail Nashif
Nail Nashif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Menganalisis lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesan Toleransi dari Puja Mandala Worship Complex di Tengah Heterogenitas Masyarakat Indonesia

12 September 2023   11:53 Diperbarui: 12 September 2023   12:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PESAN TOLERANSI DARI PUJA MANDALA WORSHIP COMPLEX DITENGAH HETEROGENITAS MASYARAKAT INDONESIA

Oleh: M. Daffa Nail Nashif

Norma-norma dalam masyarakat berguna untuk mengatur hubungan antar manusia di dalam masyarakat agar terlaksana sebagaimana yang mereka harapkan. Semula norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja, namun lama kelamaan norma-norma tersebut dibentuk secara sadar. Secara sosiologis untuk dapat membedakan kekuatan mengikat daripada norma tersebut maka dikenal adanya empat pengertian, cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom). (Setyabudi, 2020)

Wilayah negara Indonesia yang dikenal dengan keanekaragaman agama, suku, ras, budaya, dan kesenian. Tidak mengurangi semangat toleransi keberagaman masyarakat Indonesia, bahkan tumbuh sebelum Indonesia merdeka. Kemerdekaan yang dicapai merupakan kerjasama dari semua pihak mulai suku, agama, ras, dan antar golongan. Kearifan lokal masyarakat Indonesia dengan keanekaragamannya yang menjadi identitas nasional bangsa. Namun dengan berbagai keanekaragamannya, Indonesia perlu waspada terhadap konflik yang sewaktu-waktu terjadi pkarena heterogenitas masyarakatnya. Keharmonisan umat beragama, antara etnis, ras, suku yang beragam sehingga Indonesia menjadi salah satu negara multikultur namun tetap terjalinnya hubungan harmonis dan pluralisme tersebut. (Mancapara, 2018)

Perwujudan dari heterogenitas masyarakat Indonesia dalam memupuk Kebhinekaan Indonesia adalah Puja Mandala Worship Conplex. Puja Mandala terdapat di Kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Istilah Puja Mandala terdiri dari dua suku kata, yaitu: Puja dan Mandala. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata puja berarti upacara penghormatan kepada dewa-dewa, sedangkan mandala berarti lingkaran dan lingkungan. Puja Mandala dapat diartikan sebagai tempat peribadatan dan penghormatan kepada Tuhan sesuai agama dan kepercayaan masyarakat yang beribadah di kawasan tersebut. Dalam kawasan ini terdapat tempat peribadatan lima paham religi yang berbeda yang terdiri dari Hindu (Pura Jagat Natha Nusa Dua), Budha (Vihara Buddhina Guna), Islam (Masjid Agung Ibnu Batutah), Kristen Protestan (Gereja Protestan Bukit Doa), dan Katolik (Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa). Sejarah didirikannya Puja Mandala berawal dari ide Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yaitu bapak Joop Ave yang menginginkan kawasan pariwisata Nusa Dua. Yang diharapkan dapat memfasilitasi karyawan maupun tamu-tamu yang datang untuk wisata. (Sudarsana et al., 2019) (Dakwah et al., 2023)

Ide pembangunan tersebut dilatarbelakangi negara kesatuan yang didasari Pancasila sebagai landasan ideologi negara. Di samping mewujudkan kemanusiaan yang adil dan makmur, menunjukkan persatuan Indonesia, menunjukkan bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan menunjukkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta terdapat ide mengenai landasan negara yang pertama yakni ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, miniatur keberagaman dan pluralisme yang berlandaskan ideologi  Pancasila, UUD 1945, dan semboyan  Bhineka Tunggal Ika terdapat di Pulau Bali. Pembangunan Puja Mandala dari segi keagamaan untuk mewujudkan kerukunan umat beragama, meningkatkan ketaqwaan dan iman umat beragama dan semua itu ada dalam tujuan pembangunan nasional dari program pemerintah, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kerukunan masyarakat yang pluralistis sebagaimana negara yang multikultural dengan saling menghargai dan toleransi sesama umat beragama, karena rasa toleransi tersebut akan berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat tentang adanya perbedaan yang memang tidak bisa dipaksakan untuk sama. (Waruwu & Pramono, 2018) (Danang Try Purnomo, 2021)

Implementasi nilai kebudayaan saling menghargai tercermin dengan aktivitas-aktivitas Puja Mandala sebagai berikut:

  • Interaksi yang komunikatif dan memberikan keleluasaan antar suku, ras, agama, dan budaya yang lain dalam menjalankan aktivitasnya.
  • Tidak merasa terganggu dengan peribadatan suatu agama di salah satu tempat ibadah yang menggunakan pengeras suara, dan bunyi-bunyian yang keras seperti TOA dan lonceng.

Pluralisme yang ada di Puja Mandala ditunjukkan dengan adanya interaksi yang berjalan, komunikasi yang secara berkesinambungan dilaksanakan antar umat beragama yang ada di Puja Mandala. Dengan interaksi tersebut menghasilkan suatu kesepakatan untuk kepentingan bersama dan kerukunan serta keharmonisan, selain itu terdapat juga toleransi dan saling menghargai yang terdapat dimasing-masing tempat ibadah. Kebiasaan saling menghargai maupun menghormati diperlukan di wilayah yang multikultur dan heterogen untuk menjaga keharmonisan para umat. Diperlukan rasa toleransi baik itu sesama umat maupun antar umat beragama sehingga menciptakan lingkungan masyarakat yang nyaman dan aman, itulah tujuan utama didirikannya Puja Mandala. Jika ada kegiatan keagamaan dalam waktu bersamaan, maka umat di kawasan Puja Mandala saling membantu, saling berinteraksi, dan saling mengingatkan, sehingga semakin mempererat kerukunan di kawasan ini. Kerja sama yang diterapkan selama ini tidak terlepas dari semangat spiritualitas keagamaan. Semua agama mengajarkan kebaikan, kerukunan, toleransi, kebenaran, keadilan, dan sikap saling mengasihi satu sama lain. (Waruwu, 2017) (Ida Bagus Wika Krishna, 2016)

Kompleks peribadatan ini menegaskan bahwa tempat ibadah yang saling berdampingan dapat menghindarkan adanya konflik. Hal tersebut karena adanya kekuasaan sosial yang tangguh melalui sikap toleransi, sehingga masyarakat mampu mengatasi dan mengkontrol setiap perubahan sosial yang terjadi. Toleransi bukan sekedar konsep tetapi menjadi praktik kehidupan umat beragama seperti di kawasan Puja Mandala. Wujud keharmonisan umat yang ada di Puja Mandala dengan di bangunnya lima tempat peribadatan dalam satu komplek merupakan kiasan dari bangsa Indonesia yang pluralisme, majemuk, toleransi dengan Kebhinekaannya. Puja Mandala adalah miniatur Kebhinekaan di Indonesia diharapkan menjadi cerminan bangsa Indonesia di mata Internasional sebagai wujud kemakmuran intern umat beragama, mewujudkan kemakmuran antar umat beragama, dan mewujudkan kemakmuran antar umat beragama dengan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Dakwah, J., Kemanusiaan, S., Masruroh, I. S., Yusuf, M. A., Lintas, M. K., Dalam, A., & Kerukunan, M. (2023). Komunikasi Lintas Agama Dalam Mempertahankan Kerukunan di Rumah Ibadah Puja Mandala Bali How To Cite: 14(1), 44--60.

Danang Try Purnomo. (2021). Membangun Komunikasi Sikap Toleransi Dalam Mewujudkan Kerukunan Bangsa Melalui Implementasi Brahmavihara. NIVEDANA: Jurnal Komunikasi Dan Bahasa, 2(1), 76--85. https://doi.org/10.53565/nivedana.v2i1.286

Ida Bagus Wika Krishna. (2016). Kajian Multikulturalisme Ide-Ide Imajiner Dalam Pembangunan Puja Mandala. Jurnal Media Informasi Ilmiah, 48--57.

Mancapara, I. G. P. (2018). Pluralisme di Puja Mandala Nusa Dua Bali sebagai Destinasi Pariwisata Religi. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata, Agama, Dan Budaya, 3(1), 59--68. http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/article/view/423

Setyabudi, M. N. P. (2020). Penguatan Toleransi Bagi Pemajuan Budaya Keagamaan: Studi Atas Praktik Toleransi Agama Di Puja Mandala Bali. Harmoni, 19(2), 274--296. https://doi.org/10.32488/harmoni.v19i2.432

Sudarsana, I. K., Ngurah Agung Wijaya Mahardika, I. G., Arsa Wiguna, I. M., Juliantari, N. K., & Warta, I. N. (2019). The Existence Of Puja Mandala In Manifesting Tolerance Education. 203(Iclick 2018), 340--342. https://doi.org/10.2991/iclick-18.2019.71

Waruwu, D. (2017). Kawasan Puja Mandala Wujud Kearifan Lokal dan Destinasi Wisata Spiritual dalam Mengembangkan Model Toleransi di Indonesia. Vidya Samhita, 3(1), 15--25. http://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/vs/article/view/324/286

Waruwu, D., & Pramono, J. (2018). Keunikan Toleransi Di Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali. Seminar Ilmiah Nasional Teknologi ..., November, 37--46. https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/sintesa/article/view/471

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun