Mohon tunggu...
Nailis Saadah Moesleh
Nailis Saadah Moesleh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel prodi Pendidikan Matematika. Hobi saya membaca, menulis, dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritik atas Kurikulum Merdeka di Tengah Degradasi Moral Pendidik

31 Mei 2024   09:05 Diperbarui: 31 Mei 2024   09:31 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Kurikulum merdeka menjadi perwujudan dari adaptasi pendidikan terhadap dinamika zaman yang terus berubah. Namun, keberhasilan implementasi kurikulum ini terancam oleh krisis moral yang melanda para pendidik. Mereka yang seharusnya menjadi teladan bagi generasi muda, malah terjerumus dalam tindakan asusila yang merugikan peserta didik. Fenomena ini menjadi peringatan bahwa kejahatan bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat-tempat suci seperti lembaga pendidikan. 

Di tengah upaya penerapan kurikulum merdeka, masih ada dominasi pertanyaan yang mengarah pada output yang materialistik, mengabaikan nilai-nilai karakter dan kebangsaan. Ini menunjukkan perlunya perubahan fokus dalam pengembangan kurikulum, dengan penguatan karakter sebagai prioritas utama. Selain itu, diperlukan upaya konkret dari pihak Kemendikbud untuk membina moral, karakter, dan spiritualitas para pendidik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, sebagai langkah perlindungan terhadap anak-anak dari potensi kejahatan seksual yang melibatkan pendidik. 

Dengan demikian, Kemendikbud-Dikti tidak hanya harus terus memperbaiki kurikulum pendidikan, tetapi juga harus berinovasi dalam menangani krisis moral yang semakin mengkhawatirkan di kalangan pendidik. Ini menjadi panggilan untuk menjaga integritas dan moralitas dalam profesi pendidikan demi melindungi generasi penerus dari ancaman yang merusak. 

Pembahasan

Kurikulum merdeka sebagai penyempurnaan dari kurikulum 2013 dan sebagai penguatan lebih pada potensi dan kompetensi peserta didik khususnya dalam aspek keterampilan. Keterampilan siswa inilah yang ingin dikembangkan dan dikuatkan melalui program kurikulum merdeka. Hal ini penting dilakukan untuk menjawab isu kebutuhan zaman yang begitu kompleks dan perubahan yang begitu cepat.

Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, yang berkorelasi langsung dengan peradaban dan kemajuan manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk selalu beradaptasi dan memaksimalkan potensi yang ada, bukan hanya menghasilkan individu yang sekadar biasa-biasa saja. Dalam konteks era digital seperti sekarang, penerapan kurikulum merdeka menjadi relevan karena memberikan kebebasan untuk menyesuaikan kurikulum dengan tuntutan zaman. 

Namun, di sisi lain, masalah moral para pendidik menjadi sorotan masyarakat karena berbagai kasus asusila yang melibatkan oknum pendidik. Krisis moral ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk lingkungan dan budaya, lemahnya kontrol terhadap hawa nafsu, pengaruh dunia maya, kehidupan materialistik, dan lemahnya pendidikan agama dan moral. Dalam menghadapi masalah ini, pemerintah perlu mengambil langkah konkret, tidak hanya dalam hal sosialisasi dan penerapan kurikulum merdeka, tetapi juga dalam menangani kasus-kasus yang terjadi. 

Untuk mengatasi atau meminimalisir tindakan asusila oleh pendidik, reformasi jiwa pendidik menuju peran sebagai "murabbi" perlu dilakukan. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, pemelihara, pelindung, dan pengarah bagi anak didiknya. Ini menggambarkan bahwa peran pendidik tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tetapi juga melibatkan perhatian, perlindungan, dan kasih sayang terhadap murid. 

Pendekatan murabbi menempatkan pendidik sebagai pemimpin dan penjaga masa depan murid, dengan menekankan aspek spiritualitas dan kepedulian emosional. Melalui tahapan-tahapan seperti mengingat Allah, menjauhi hal-hal yang negatif, menjalankan amanah dengan baik, melihat murid sebagai penerus, dan melakukan riyadhah, pendidik dapat menuju maqam atau posisi sebagai seorang murabbi. Dengan demikian, pendidik dapat lebih kuat secara spiritual dan mampu menghadapi godaan dan tantangan negatif dalam melaksanakan tugasnya. 

Pendidik harus tetap mengakar pada nilai-nilai agama sebagai pedoman hidup, bahkan bagi mereka yang mengajar agama sendiri. Mereka harus menjauhkan diri dari gaya hidup hedonistik dan materialistik, dan memperjuangkan pola hidup yang sederhana, rendah hati, dan penuh kemurahan hati. Pendekatan ini menjadi alternatif penting dalam membangun karakter mulia bagi pendidik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun