Penulis: Aiko Najwakyla Widhishakti (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya)Â
Pernahkah kamu bertanya-tanya, ke mana data pribadimu pergi setelah mendaftar akun media sosial? Di era digital ini, setiap klik kita bisa menjadi informasi yang berharga.Data yang kita bagikan tidak hanya berhenti di sana. Perusahaan teknologi, pengiklanan, dan bahkan pihak lain mungkin mengakses informasi tersebut untuk berbagai tujuan dari personalisasi iklan hingga ke pengambilan keputusan berbasis data.
Di sisi lain, transparansi menjadi penting untuk memastikan bahwa penggunaan data kita dilakukan secara etis.
Namun, bagaimana kita menemukan keseimbangan antara privasi dan transparansi ini? Privasi digital adalah hak individu untuk mengontrol data pribadinya dan bagaimana data tersebut digunakan.
Dalam dunia yang semakin terhubung, privasi menjadi aset berharga yang melindungi kita dari penyalahgunaan informasi, seperti pencurian identitas atau pengintaian tanpa izin.
Sayangnya, masih banyak pengguna internet yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya menjaga privasi mereka.
Sebaliknya, transparansi di dunia digital merujuk pada keterbukaan mengenai bagaimana data dikumpulkan, digunakan, dan disimpan.
Transparansi juga mencakup komitmen perusahaan atau institusi untuk jujur tentang praktik pengelolaan data mereka. Contohnya adalah kebijakan privasi yang dengan jelas menjelaskan bagaimana data pengguna diproses.
Meski privasi dan transparansi sama-sama penting, keduanya sering kali berada di dalam posisi yang saling bertentangan. Di satu sisi, privasi menuntut agar data masing-masing dilindungi dan dijaga.
Namun di sisi lain, transparansi mendorong agar data dibuka untuk kepentingan publik, seperti untuk meningkat akuntabilitas atau mencegah korupsi.
Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan antara privasi dan transparansi adalah melalui regulasi yang jelas dan adil.