Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal Kisah Kasih KKM Krajan (K4)

13 September 2017   04:15 Diperbarui: 13 September 2017   07:39 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 5 Juli 2017 hingga 5 Agustus 2017 memberi banyak pelajaran yang sangat berharga. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang memberdayakan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) berbasis masjid. Tak pernah terfikirkan sebelumnya hidup bersama teman-teman yang belum kenal satu sama lain, lingkungan baru dengan masyarakat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Tentunya ada banyak rasa yang dirasakan disetiap detiknya, mulai dari rasa suka, duka, senang bahkan perasaan belum betah. 

Desa Tlogosari, Dusun Krajan, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang adalah tempat kami mengabdi. Dimana kami berusaha untuk berbaur, bersosial dengan baik, dan jika kami mumpuni, kami membantu kegiatan yang ada di desa. Ketepatan masyarakat di Desa Tlogosari mayoritas bekerja sebagai buruh, petani di tegal tebu sambil mengambil kayu. Antusiasme masyarakat desa Tlogosari dalam bekerja membuat kami sadar dan iri akan semangat untuk menafkahi keluarganya. Terlepas dari kesibukan masing-masing masyarakat, desa yang sangat sepi akan penduduk di siang hari hingga petang membuat kami bertanya kapan waktu untuk beristirahat.

Ukhuwah Islamiyah yang dibangun masyarakat Tlogosari sangat bagus. Perbedaan kulit, harta, martabat serta agama sekalipun tidak akan melunturkan rasa persaudaraan mereka. Masyarakat Tlogosari sangat menjaga kerukunan satu sama lain, saling menjaga keyakinannya masing-masing dan menjaga perasaan satu sama lain. Agama yang dianut masyarakat Tlogosari diantaranya, Islam, budha, kristen, dan katolik. Agama Islam adalah agama yang paling minim penganutnya. Kami bingung untuk menjalankan program dimana tugas kami adalah memberdayakan posdaya berbasis masjid. Dengan berjalannya waktu, kami dibantu penuh oleh masyarakat desa Tlogosari untuk menjalankan beberapa program kerja yang telah kami rancang. Salah satunya bimbingan belajar (BIMBEL). Awalnya kami hanya mengumumkan kepada adik-adik TPQ dan MADIN. Hari demi hari program ini berjalan dengan lancar ditambah peserta adik-adik yang dari non Islam. Saking senengnya mereka, sampai mereka lupa akan waktu penting kami yaitu menghadap sang kuasa (sholat).

Di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas non Islam, berdiri sebuah masjid dan yayasan pendidikan yang mengedepankan keislaman dan kecintaan terhadap al-Quran yaitu Masjid Basuki Rachmat dan Yayasan Miftahul Ulum. Nama Yayasan ini dinisbatkan dari nama pengasuh, yaitu Ustadz Miftahul Ulum. Tidak lupa pula dengan tempat peribadatan masyarakat non Islam yakni Gereja. Meski terdiri dari beberapa macam agama, masyarakat saling membantu dan tolong menolong membentuk masyarakat yang majemuk. Sekolah TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar) dipimpin oleh  guru yang Islam dan non Islam. mereka mengajar sesuai dengan basicnya masing-masing.

Selama KKM kami bukan hanya mendampingi masyarakat akan tetapi kami juga didampingi oleh masyarakat. Kami banyak belajar dari mereka. Mereka yang mengajari bagaimana bersosial dengan baik meski dengan orang yang berbeda agama. Kami diajak tahlilan, dibaan bahkan ke acara non Islampun kami diajak untuk menghadiri acaranya. Dari sinilah kami belajar banyak dari masyarakat bahwa jagalah perdamaian dan kerukunan meskipun dengan non Islam. Hindari percekcokan dan pemberontakan.

Belajar menghadapi masalah dan mencari jalan keluar baik dengan kelompok sendiri maupun dengan masyarakat merupakan suatu kesuksesan bagi kami di KKM. Bagaimana tidak, kami yang berbeda watak dan keinginan hidup bersama-sama selama satu bulan dan bekerja keras untuk memahami bagaimana cara agar kita bersama-sama bisa memahami masyarakat desa Tlogosari dan mengerti apa yang mereka inginkan dari kami. Otomais banyak pendapat dan opsi yang pastinya berbeda satu sama lain. Tapi kita menyadari bahwa kita tidak sendiri. Kita hidup bersama-sama dalam bermasyarakat.

Kekeluargaan adalah simbol kami. Lapar, duka, senang kita hadapi bersama. Tanpa simbol ini kami tidak akan bisa bertahan selama satu bulan. Perbedaan dan masalah itu pasti ada, tapi bagaimana cara agar kita selalu menjaga kerukunan dan kekompakan kita dalam bekerja sama. Kami mengambil jalan tengah dari beberapa pendapat supaya keadilan itu benar-benar ada dan terjaga.

Desa Tlogosari terkenal dengan buah pisang. Pisang yang mubadzir kemana-mana membuat kami punya inisiasi untuk memberdayakannya. Kami mempunyai pemikiran untuk membuat brownies pisang. Percobaan awal alhamdulillah tidak terlalu jelek untuk masa percobaan. Kami rasa enak dan jika kita salurkan kepada ibu-ibu pasti sangat antusias. Akhirnya kami mengadakan pelatihan brownies pisang di balai desa Tlogosari dan alhamdulillah mendapat tanggapan yang sangat luar biasa terutama dari kaum hawa.

Dan yang terakhir, saya pribadi mendapatkan banyak pelajaran selama satu bulan. Saya yang masih belum begitu mafhum dengan bahasa Jawa apalagi dengan krama inggil (bahasa yang digunakan untuk orang yang lebih sepuh) memiliki tanggungan penuh untuk mempelajarinya sebagai bahan pembicaraan untuk berbicara dengan orang yang lebih sepuh. Setiap kali saya mau bicara pasti latihan dulu dan bertanya bahasa yang baik untuk dibicarakan. Menurut saya agak lucu dan pastinya sulit untuk orang yang terbiasa hidup di luar Jawa. Tapi saya pikir tidak rugi juga jika belajar bahasa yang baru. Perbanyaklah belajar sesuatu yang baru karena sesuatu yang tidak kamu ketahui akan sangat berguna di masa sekarang, nanti dan masa kedepannya. Juga saya belajar membaur dan memahami watak orang lain. Karena tidak selamanya kita akan hidup dengan teman yang sama dan masyarakat yang sama. Kita harus selalu berhijrah untuk mengetahui bagaimana gambaran hidup kita kedepannya. Tidak akan jauh berbeda dengan apa yang kita pelajari sekarang. Rasa senang satu sama lain itu pasti ada. Bagaimana tidak? Kita selalu bersama. Makan bersama, kerja bersama, jalan-jalan bersama, ke umbulpun kita lakukan bersama dan pastinya setiap masalah yang kita hadapi pasti akan kita hadapi bersama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun