Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini

5 Maret 2017   14:41 Diperbarui: 6 Maret 2017   02:01 5144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moral adalah tingkah laku yang dimiliki setiap individu, jika melakukan sesuatu sesuai dengan norma maka dia mempunyai moral yang baik begitupun sebaliknya. Moral sangat mempunyai ikatan baik dengan norma. Diantara macam-macam norma, norma agama, kesopanan, budaya dan norma kesusilaan. 

Dalam beberapa macam norma tersebut dapat kita terapkan dengan sebaik mungkin kemudian diajarkan kepada anak usia dini yang akan mengenyam beberapa tauladan dari diri kita. Kita tidak bisa menghakimi seorang anak kecil yang masih belum bisa menerka apa itu moral, bagaimana dia mengerjakan sesuatu sesuai dengan norma dan siapa yang harus dia jadikan contoh dalam bersikap maupun bertingkah laku kesehariannya?. Karena anak yang masih polos, masih dalam keadaan suci belum tahu apakah yang ia lihat sudah sesuai dengan norma? Dan sebagainya.

Menurut piaget, di usia 0-2 tahun anak masih dalam tahap sensorimotor. Maksudnya dalam usia ini anak melihat semua tingkah laku disekitar lingkungannya. Pada usia 2-7 tahun, anak berada dalam tahap pra operasional konkrit, di tahap ini semua yang anak lihat akan terekam dalam memori otaknya akan tetapi masih belum bisa memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang tidak pantas dia tirukan. Jadi, ibarat anak makan, dia menelan mentah-mentah apa yang sudah didepan matanya. Baik nantinya akan menyesatkan anak atau malah membuatnya semakin baik kedepannya.

Nah.... setelah kita mengetahui bahwa semua anak mempunyai sikap peniru yang handal, kedepannya harus lebih berhati-hati lagi dalam bersikap dan bertingkah laku. Dari sinilah mari Ibda’ binfsi (mulailah dari diri kita sendiri). Kita harus menjadi suri tauladan baik dan orang tua yang selalu diidolakan oleh banyak anak. Mengapa orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik? Karena Al Madrosatul Ula Ummun, sejauh apapun kita kuliah, setinggi apapun pangkatnya sekolah pertama ada pada sosok IBU.  Mengapa? Karena pendidikan pertama atau sekolah pertama berpengaruh pada karakter anak kedepannya.

KH Asy’ari membuka karya tulisnya, Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, dengan mengutip sabda Rasulullah SAW, bahwa “Hak seorang anak atas orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik. Membentuk moral baik pada anak merupakan sebagian hukum syara Islam. Why? Karena membentuk moral atau adab sopan santun pada anak merupakan bagian dari akhlak Islam yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Seperti sabdanya, Setiap Muslim wajib menghiasi dirinya dengan akhlak mulia,  baik dalam beribadah, bermuamalah dengan orang lain maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun.

Anak adalah suatu amanah dan hibah dari Allah sebagai penyejuk pandangan mata dan belahan jiwa yang dititipkan kepada manusia yang sudah dianggap baik oleh-Nya dan benar-benar bisa merawat dan menjaganya dengan baik. Dalam suatu riwayat menjelaskan bahwa diantara bentuk perhiasan dunia adalah bangga dengan banyaknya anak.

Jadi, bersyukurlah orang yang dikaruniai seorang anak, karena tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk merawat amanah yang kebanyakan orang ingin mengemban amanah yang Allah tiipkan ini. Bagaimana cara mensyukuri amanah Allah yang satu ini? Dengan cara merawat dengan baik. Jangan pernah mengabaikan anak yang sudah Allah titipkan. Kita harus bisa mengarahkan anak kejalan yang benar bukan malah menyesatkan. Sekarang banyak yang menyalah gunakan antara agama dengan moral yang kita miliki.

Mulai dari tadi kita berbicara tentang moral. Sebagai orang tua atau calon ibu pasti terbesit dalam hati menginginkan anak yang mempunyai moral baik. Orang tua mana yang tidak menginginkan anak lembut tutur sapanya, sopan dan santun perilakunya, hormat dan patuh kepada orang tuanya, wajahnya selalu bersinar dikelilingi orang yang baik? Tentu anak seperti ini membuat semua orang senang. Pasti kita beranggapan bahwa anak ini adalah anak yang terdidik dengan baik dan mendapatkan bimbingan dengan baik dari orang-orang yang menyayanginya. Oleh karena itu, anak harus diperhatikan dengan baik agar mereka tumbuh sebagai generasi yang berguna, selalu menyinari orang-orang terdekatnya terutama orang tua.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana cara menanamkan moral atau adab pada anak?

Salah satunya adalah “Orang tua harus selekif dalam memilihkan program tayangan media untuk anak”. Tayangan televisi mulai merangsang anak untuk selalu menonton dan menirukan setiap adegan yang diperankannya baik kekerasan maupun moral yang sebenarnya kurang baik pada anak. Contoh riil-nya, film tentang Si Kancil. Maksud dari film ini sebenarnya untuk menyampaikan kecerdikan seekor kancil. Akan teteapi yang masuk kedalam fikiran anak bukan kecerdikannya melainkan moral negatifnya seperti mencuri yang bukan miliknya. 

Tidak usah jauh-jauh, saat ini cara hidup di Indonesia saja mencontohkan cara hidup kancil. Korupsi kemana-mana. Pencurian merajalela. Mengapa seperti itu? Karena sikap negatif akan lebih dominan dan mudah  dicerna dibandingkan sikap positif. Jadi jangan biarkan anak menonon film tanpa sepengetahuan kita atau orang tua. Beri anak tontonan yang mengedukasi dirinya untuk melakukan kebiasaan yang baik.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun