Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pola Asuh yang Sesuai dengan Remaja (Parenting Teenagers)

12 Desember 2016   07:29 Diperbarui: 12 Desember 2016   14:51 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Anak usia remaja adalah anak yang berumur sekitar 11-14 tahun semasa mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan mulai berakhir pada saat mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Pencarian jati diri melakat pada diri mereka. Sehingga tak heran jika mereka mulai mencari tahu tentang suatu hal dan tidak mau mengalah dalam hal apapun dan kadang mereka juga merasa paling benar. 

Anak pada usia remaja harus penuh pengawasan namun jangan terlalu dikekang, karena mereka memasuki punertas pertama, sehingga gampang terjerumus pada hal-hal yang tidak benar. Saat ini tidak jarang anak remaja yang terperangkap dalam dunia gelap. Mereka menjadi pecandu sabu-sabu, free sex, tauran dan lain sebagainya. Oleh sebab itu pola asuh orang tua sangat berpengaruh besar pada kehidupan mereka.

Orang tua harus selalu tahu apa yang dibutuhkan dan dilakukan anak-anak mereka, agar anak tidak berpaling pada hal-hal yang tidak benar. Orang tua harus mampu memposisikan diri dengan baik. Ada kalanya orang tua berperan sebagai teman saat anak membutuhkan tempat untuk meluapkan isi hatinya. Kadang seorang anak hanya membutuhkan tempat untuk mencurahkan keluh kesanya. Saat anak mulai menceritakan hal apapun, orang tua harus mampu menjadi pendengar yang baik dan berusaha memberi solusi yang solutif agar anak merasa selalu butuh pada orang tua saat ada masalah yang menimpanya. 

Hal tersebut akan mencegah anak melakukan hal-hal yang membahayakan hidup mereka. Orang tua juga harus mampu menjadi seorang guru yang bisa memberikan nasehat-nasehat yang baik, namun cara penyampaiannya harus dengan cara yang halus dan diwaktu yang tepat agar anak dapat menerima nasehat dengan baik dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila orang tua mampu melakukan semua itu dan menggunakan pola asuh yang tepat, maka anak tidak akan terjerumus pada jurang kegelapan.   

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa macam pola asuh orang tua terhadap anak remaja, yaitu:

  • Pola asuh otoriter, yaitu pola asuh dengan memaksakan kehendak orang tua, dimana orang tua memegang kendali dalam segela hal dan komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua ke anak tanpa memperdulikan pendapat anak. Dampak yang didapat adalah anak akan disiplin, patuh, kurang mandiri, kurang inisiatif, pesimis, kadang juga dapat memberontak dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan saat berada di luar pengawasan orang tua. Anak dengan pola asuh seperti ini bagaikan robot yang bisa bergerak atas kendali dari pemiliknya.
  • Pola asuh demokratis, yaitu terdapat komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, namun tetap dalam pengawasan orang tua. Orang tua berhak menyampaikan pendapat begitu pula dengan anak. Anak dilatih untuk mampu mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan, sehingga anak akan mandiri, bertanggung jawab, inisiatif, percaya diri dan jujur. Namun dampak negatifnya anak akan selalu menuntut agar segala sesuatu harus atas pertimbangan bersama.
  • Pola asuh permisif, yaitu membebaskan anak secara mutlak dan kendali terdapat pada anak. Dampak dari pola asuh ini adalah anak cendrung semena-mena, kurang disiplin, selalu melanggar peraturan, namun jika anak mampu bertanggung jawab maka dia akan mandiri, mampu mewujudkan aktualisasinya dan kreatif.

Berdasarkan tiga pola asuh di atas, maka yang paling tepat digunakan adalah pola asuh yang disesuaikan dengan keadaan anak dan harus sesuai kebutuhan. Apabila berkenaan dengan masalah ibadah, maka akan lebih baik pola asuh otoriter yang dipakai oleh orang tua. Namun dalam masalah lain pola asuh demokratis lebih tepat untuk digunakan dan tetap dalam pengawasan orang tua agar anak tidak merasa terkekang dan mampu menemukan jati dirinya. 

Mungkin sesekali pola asuh permisif dibutuhkan saat anak sudah mampu mengendalikan diri dengan baik dan mampu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan agar anak mampu hidup mandiri dan menentukan jalannya sendiri sesui keinginannya. Hal tersebut akan membuat anak berfikir bahwa orang tuanya tidak semena-mena dalam menentukan jalan hidupnya dan mau memahaminya dengan baik, sehingga anak akan jauh dari hal-hal buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun