Mohon tunggu...
Nailil Hikmah
Nailil Hikmah Mohon Tunggu... -

Hidupnya seperti uang logam di mana nilai kemampuannya sama dengan nilai yang tertera.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranger who bleed

30 Desember 2011   22:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tau rasanya punya adik?

Gini rasanya..

Waktu tu aku dan kedua adek cowokku main power ranger-an. Kebetulan aku yang jadi ranger kuning. Serunya kita kekurangan anggota buat jadi monster. Fine !!
Sebagai kakak aku ngalah dong, aku yang jadi monster juga. Kebayang ya, ranger merangkap monster jadinya gimana hahaa. Yaa selanjutnya kayak di televisi-televisi aja (aku lupa channelnya) si monster ngejar-ngejar ranger. Bos cowo yg lg sibuk ketak ketik di meja bilang "jangan main lari-lari, nanti jatuh terus luka".

Nasehat si ayah kita masukin telinga kanan keluar telinga kanan juga dong pastinya (namanya anak kecil, tapi jangan ditiru ya).

15 minutes later ..
Kedua ranger gak sengaja ngeluarin tenaga dalamnya buat ngelawan sang monster. Hiyaa sukses!! Si monster ditolak oleh kedua ranger.  Si monster jatuh dan kepalanya tepat mendarat di ujung meja kaca (efek suara: Brak prang prang).
Then.. Terjadilah percakapan sederhana saudara-saudara sedarah.

Kedua adekku : Hahaa (ketawa")

Aku: Hahaa (ketawa juga terus berdiri sambil puyeng)

Adik 1: Kak ada darah di kepala kakak.

Adek 2: Kak bilang mamak sama ayah ya?

Aku:  Ah gk usah dek (takut dimarahi lalu s melirik handuk). Kakak tumpat pake handuk aja. gak kenapa-kenapa kok.

Kedua adekku: Kak sakit gak ?

Aku: Gak kok.

Gak lama handuknya udah penuh darah.

Adek 1: Kak blg ayah ya.

Aku: Jangan dek nanti aja (aku ngelirik seprai), sebentar lagi darahnya berhenti kok, ini kakak tumpat pake seprei.

Gk lama kemudian sepreinya juga penuh darah dan aku lemas.

Adek 2 : Kak, bilang ayah aja yaa, udah banyak darahnya kak. Kak.. Kaak.. (wajah mereka pucat)

Adek 1: (tanpa menunggu jawaban dari ku langsung laridan teriak-teriak) Ayaaah mamaaak kakak kepalanya keluar daraah. Aku yang tambah lemas akhirnya mendapatkan pertolongan dari dokter. Bos cewe sempat kalang kabut sedang bos cowo langsung ambil tindakan pertolongan pertama  sebelum dokter datang..

Hahaha intinya kedua adekku gak telat nolong kakaknya yangg hampir kehabisan darah.

Sebagai seorang laki-laki, kedua adekku paham kapan harus mendengarkan kakaknya dan kapan harus mengambil tindakan yang tepat.

They know the bad and the good decision.

They show me  something called love for their sister.

Rasanya bangga. Yes, i'm really proud. Thanks bro!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun