Hari itu, para anggota OSIS dan calon anggota OSIS Akademi Prestasi Bintang tengah mengadakan kegiatan LDKO sekaligus Sertijab OSIS. Mereka menyewa sebuah tempat—semacam tempat outbound— untuk melaksanakan kegiatan mereka. Tempat outbound itu mereka sewa untuk dua hari, satu malam. Selain ada lapangan besar, di sana juga ada aula, musholla, dan pondok-pondok penginapan yang terpisah area laki-laki dan perempuannya.Â
Di sebuah pondok kecil yang berada di area perempuan, Sera sang sekretaris OSIS, tampak sibuk memilah-milah tumpukan dokumen.Â
Tak lama, seorang gadis dengan rambut hitam sebahu masuk. "Sera," panggil gadis itu, Anna, "kau sedang apa? Yang lain sudah pada berkumpul di lapangan, sedang bersiap menyalakan api unggun."
Sera menoleh, wajahnya tampak gelisah. "Surat kesan dan pesanku hilang, Na."
Anna menatapnya dengan heran. "Surat kesan dan pesan?" Ulangnya, "kan sudan dikumpulkan tadi pagi?"
Seketika Sera terdiam. "Benar juga," gumamnya. Ia terkekeh pelan, jemarinya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sepertinya aku terlalu kelelahan sampai kurang fokus."
Anna menggelengkan kepalanya, tampak sudah terbiasa dengan masalah sepele seperti ini. "Kau ini.." Dia menghela nafas, "yasudah, ayo. Yang lain pasti sudah menunggu di lapangan."
Kedua gadis itu beranjak dari posisi mereka, mengenakan jas OSIS yang sebentar lagi akan mereka lepaskan untuk selamanya. Di luar, bulan purnama bersinar terang, menyinari lapangan rumput yang luas. Disana, anggota OSIS lainnya tampak berkumpul. Ditengah-tengah mereka berdiri tumpukan kayu bakar.
Seorang anggota OSIS laki-laki membawa sebuah obor dengan kedua tangannya. Dengan langkah mantap, dia mendekati tumpukan kayu bakar yang telah disusun rapi. Begitu api dari obor menyentuh kayu kering di permukaan, nyala kecil segera menjalar. Dan dalam hitungan detik, api itu hidup. Mengubah malam yang dingin menjadi hangat dan penuh cahaya.Â
Para anggota OSIS lainnya segera duduk mengelilingi api unggun. Cahaya api menerangi wajah-wajah mereka, menampilkan ekspresi hangat yang penuh keakraban.Â
Bagas, si ketua OSIS yang duduk disebelah Sera, berdiri tegap. Suaranya lantang dan jelas. "Teman-teman OSIS sekalian, kita berkumpul malam ini untuk mengabadikan momen terakhir kita bersama. Tak terasa, satu periode telah kita lalui bersama, penuh suka dan duka, canda dan tawa. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras kalian semua. Saya yakin teman-teman sekalian juga memiliki pesan yang ingin disampaikan. Maka dari itu, mari kita mulai acara bertukar kesan dan pesan malam ini."
Dalam naungan langit malam yang berhiaskan bintang-bintang redup, angin lembut membawa aroma khas embun dan kayu bakar. Di tengah-tengah lapangan terbuka, beberapa wajah tampak serius, mendengarkan dengan saksama kata-kata rekan mereka yang menyampaikan kesan mereka selama menjabat sebagai anggota OSIS.Â
Yang lainnya, meski diam, tampak tersenyum samar. Ada juga yang tak kuasa menahan air mata mereka. Semua orang mengenang momen-momen yang sudah berlalu, sesekali disela oleh tawa pelan dari yang lainnya. Waktu berlalu, hanya tersisa satu orang yang belum menyampaikan kesan dan pesannya, Sera.Â
"Terakhir, Sera. Silahkan berdiri." Ucap bagas, sikunya menyenggol pelan lengan Sera.Â
Menarik nafas pelan, Sera berdiri dari tempat duduknya, menatap satu-persatu wajah familiar teman-temannya. Kenangan dari sejak awal ia bergabung dengan OSIS langsung memenuhi kepalanya. Canda, tawa, suka, duka, semuanya mereka lalui dengan selalu mendukung dan mempercayai satu sama lain.Â
"Saya, Sera, selaku sekretaris utama OSIS.. Ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua rekan-rekan OSIS." Gadis itu memulai, jemarinya saling menggenggam erat, mencoba menahan emosi sedih yang melanda dirinya.Â
"Saya sadar kalau selama ini saya masih banyak kekurangan. Saya masih sering terlambat membereskan proposal, masih sering terlambat mengirimkan surat rapat, bahkan terkadang masih menjadi contoh yang buruk. Namun terlepas dari itu semua, saya benar-benar bersyukur telah dipertemukan dengan kalian semua. Harapan saya, meskipun esok kita akan purna OSIS, semoga hubungan kita tetap erat dan dekat. Semoga kita semua tetap menjalin hubungan kekeluargaan ini, meskipun sudah tidak sebagai anggota OSIS."
Ada jeda sejenak, Sera menatap api unggun dengan mata yang berkaca-kaca. "Semoga kepengurusan yang baru mampu membawa OSIS kita menjadi lebih baik lagi. Tanpa melupakan nilai-nilai kekeluargaan yang telah kita bangun bersama."
Dengan berakhirnya kesan dan pesan dari Sera, berakhir pula malam kesan dan pesan itu. Api unggun mulai padam, menyisakan kayu hangus yang terbungkus abu. Satu per satu, para anggota OSIS bangkit dari tempat duduk mereka. Ucapan selamat malam terdengar bersahutan, disertai tawa kecil dan lelucon ringan yang mulai mengendur karena kantuk.Â
Keesokan paginya di lapangan utama, barisan sudah tertata rapi. Prosesi serah terima jabatan berlangsung khidmat. Ketua OSIS lama menyampaikan pidato terakhirnya dengan senyuman tulus. Tepuk tangan bergema, disusul dengan harapan-harapan baru untuk kepengurusan selanjutnya.Â
Setelah upacara selesai, para peserta membubarkan diri. Membawa cerita, pelajaran, dan kehangatan persahabatan yang akan selalu melekat dalam ingatan mereka. Hari itu, mereka melangkah maju, siap menyambut babak baru sebagai bagian dari perjalanan mereka yang lebih besar.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI