Senyumnya tak bertahan lama setelah melihat Zelina menggelengkan kepalanya. Nasya mulai berpikir bagaimana agar temannya ini mau ikut menjelajah.
Kenapa kamu gak mau? Tanya Nasya dengan tatapan intens.
Ya, aku gak mau lagian bukan hobiku juga melakukan hal kayak gitu, balas Zeline malas sambil mengalihkan pandangan.
Kamu takut? Tantang Nasya dengan tatapan menyelidik.
Enggak, siapa yang takut coba, kalau kamu gak takut kenapa aku juga harus ikut, bela Zeline.
Mendengar jawaban skatmat tersebut, Nasya mulai mencari alasan agar temannya ini mau ikut.
Gini nanti kalau ada hal yang menarik dari rumah itu pas aku ceritain gak ada yang percaya karena aku cuma sendiri, jelas Nasya sambil menatap zeline.
Tak ada alasan lain lagi untuk mengelak. Akhirnya Zeline pun mengangguk pasrah yang membuat Nasya bersorak riang.
 Besoknya, Zeline dan Nasya telah sampai di depan rumah tersebut. Rumah itu dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun,pintu rumah itu telah berkarat, kanyunya telah dimakan oleh rayap, dan jendela-jendela yang pecah membuat rumah itu terlihat seperti tempat yang terlupakan oleh waktu.
Mereka pun memutuskan untuk memasuki rumah itu dan mengungkap misteri yang tersembunyi di dalamnya.
Dengan hati yang berdebar, Nasya membuka pintu yang telah berkarat dengan kayunya yang telah dimakan oleh rayap. Nasya melangkah masuk ke dalam diikuti dengan zeline dan segera merasakan atmosfer yang berbeda.