Contoh produk pengawetan garam yang umum adalah asinan, di mana sayuran seperti lobak, wortel, dan kubis direndam dalam larutan garam yang kental bersama dengan rempah-rempah. Pengawetan dengan gula (pengawetan gula) melibatkan penambahan gula ke sayuran. Contoh produk pengawetan gula termasuk marmalade buah atau sayuran seperti acar. Namun, perlu diingat bahwa metode pengawetan garam dan gula dapat meningkatkan kadar natrium atau gula dalam produk, sehingga harus dikonsumsi dengan bijak.
Terakhir, pengemasan dan penyimpanan sayur yang baik adalah kunci untuk mencegah pembusukan dan mempertahankan kualitas sayuran. Dalam pengemasan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa sayuran sudah dalam kondisi higienis yaitu telah dibersihkan dan dipilah dengan baik, serta dihilangkan bagian yang rusak atau busuknya. Kemudian, sayuran harus ditempatkan dalam kemasan yang sesuai, seperti kantong plastik berpori, kotak, atau wadah plastik yang rapat dan bersih.
Pastikan kemasan disegel dengan rapat untuk mencegah masuknya udara, yang dapat mempercepat pembusukan. Selanjutnya, sayuran harus disimpan pada suhu dan kelembapan yang sesuai. Beberapa sayuran lebih baik disimpan di lemari penyimpanan berpendingin, sementara yang lain dapat disimpan pada suhu kamar dengan sirkulasi udara yang baik. Satu hal yang pasti, pastikan sayuran tidak terpapar langsung dengan sinar matahari atau suhu yang terlalu tinggi. Selain itu, lakukan pengawasan teratur untuk memeriksa kualitas sayur lalu segera buang sayuran yang sudah rusak atau busuk. Praktik pengawetan, pengemasan, dan penyimpanan yang baik dapat mencegah pembusukan, menjaga kualitas sayuran, sekaligus mengatasi masalah food waste, yang pada gilirannya akan mendukung stabilitas ekonomi petani serta memberikan pasokan sayur yang lebih baik ke pasar.
Penerapan teknologi pascapanen yang tepat dan berkelanjutan dalam produksi dan pengolahan sayur adalah langkah krusial untuk mengurangi tingkat kehilangan sayur yang mencapai 45% di daerah bupati tersebut. Melalui praktik pendinginan, pengeringan, pengawetan alami, serta pengemasan dan penyimpanan yang tepat, dapat dihindari kerusakan sayur pascapanen yang mengakibatkan pembusukan dan kerugian ekonomi.Â
Pendekatan ini tidak hanya memperpanjang umur simpan sayur, tetapi juga menjaga kualitasnya, memberikan keuntungan bagi petani, dan berkontribusi pada pengurangan pemborosan pangan secara global. Dengan demikian, upaya perbaikan dalam praktik pascapanen menjadi landasan penting untuk mencapai target mengurangi kehilangan sayur di bawah 10%, memastikan ketersediaan pangan yang lebih baik, serta mendukung keberlangsungan ekonomi lokal.
Disarankan untuk menerapkan solusi dan inovasi yang telah diuraikan dalam makalah secara bertahap. Langkah-langkah ini dapat diuji coba terlebih dahulu pada skala kecil sebelum diterapkan secara luas. Penerapan bertahap dapat membantu mengidentifikasi potensi perbaikan dan menyesuaikan strategi sesuai dengan karakteristik unik setiap area sentra produk sayur. Penting untuk melibatkan aktif komunitas petani, pengepul, dan pemangku kepentingan lainnya dalam perubahan ini. Workshop, pelatihan, dan pertemuan secara rutin dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarkan pengetahuan, mengatasi hambatan, dan memastikan adopsi praktik pascapanen yang optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H