Mohon tunggu...
Naila Rahmah
Naila Rahmah Mohon Tunggu... Guru - Honorer

Saya menyukai fotografi dan ootd yang lucu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayat Al Quran tentang Gender dalam Kajian Hermeneutika dan Implementasinya terhadap Pendidikan

14 Desember 2024   09:30 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.QS. An-Nisa: 34 (Kepemimpinan Laki-Laki)
Ayat ini sering dijadikan dasar bahwa laki-laki memiliki otoritas lebih tinggi atas perempuan dalam rumah tangga. Namun, hermeneutika menunjukkan bahwa istilah qawwam bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab. Kepemimpinan di sini lebih kepada aspek ekonomi dan perlindungan dalam konteks masyarakat saat itu. Dalam konteks modern, tanggung jawab ini dapat dimaknai secara lebih egaliter berdasarkan kemampuan dan kesepakatan bersama.
2.QS. An-Nisa: 11 (Pembagian Warisan)
Dalam ayat ini, bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan. Tafsir tradisional mengaitkan hal ini dengan tanggung jawab finansial laki-laki yang lebih besar. Namun, pendekatan hermeneutika menekankan bahwa pembagian ini adalah respons terhadap struktur ekonomi masyarakat Arab waktu itu. Dalam konteks hari ini, di mana perempuan juga dapat memiliki tanggung jawab ekonomi, pembagian warisan dapat disesuaikan dengan prinsip keadilan.
3.QS. Al-Baqarah: 282 (Kesaksian Perempuan)
Ayat ini menyebutkan bahwa kesaksian dua perempuan setara dengan satu laki-laki dalam urusan hutang-piutang. Konteks historisnya adalah pada masa itu, perempuan kurang memiliki akses pendidikan dan pengalaman dalam urusan keuangan. Dengan demikian, ayat ini seharusnya dipahami sebagai perlindungan terhadap perempuan, bukan sebagai pengurangan nilai kesaksian mereka.

Implementasi dalam Pendidikan

Interpretasi yang inklusif terhadap ayat-ayat gender melalui hermeneutika memiliki dampak besar terhadap pendidikan, terutama dalam membangun kesadaran akan kesetaraan gender. Beberapa implementasi yang relevan adalah:

1.Kurikulum Pendidikan Berbasis Kesetaraan Gender
Pendidikan Islam dapat mengintegrasikan perspektif gender dalam kurikulum, misalnya dengan mengajarkan tafsir yang inklusif terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stereotip gender yang sering kali menghambat perempuan dalam mengakses pendidikan dan peran sosial.
2.Pelatihan Guru dalam Perspektif Gender
Guru, sebagai agen pendidikan, perlu diberikan pelatihan untuk memahami konsep kesetaraan gender dalam Islam. Mereka harus mampu menjelaskan bahwa Islam mendukung perempuan untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan publik.
3.Pembentukan Karakter Siswa yang Inklusif
Pendidikan juga harus diarahkan untuk membentuk siswa dengan karakter yang inklusif. Ayat-ayat Al-Qur'an dapat diajarkan dengan menekankan nilai-nilai keadilan, saling menghormati, dan kolaborasi antara laki-laki dan perempuan.
4.Peningkatan Akses Pendidikan bagi Perempuan
Salah satu implementasi langsung dari pemahaman inklusif terhadap gender adalah mendorong akses yang setara bagi perempuan dalam pendidikan, khususnya di masyarakat yang masih meminggirkan perempuan. Hal ini sejalan dengan prinsip Al-Qur'an yang mendorong setiap manusia untuk menuntut ilmu tanpa memandang gender.

Tantangan dan Harapan

Implementasi hermeneutika gender dalam pendidikan tidak lepas dari tantangan. Tafsir tradisional yang telah mengakar kuat sering kali menjadi hambatan untuk menerima perspektif baru. Selain itu, ada juga resistensi dari kelompok tertentu yang menganggap hermeneutika sebagai upaya "merusak" makna Al-Qur'an. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dialogis dan edukasi yang berkesinambungan untuk memperkenalkan metode ini kepada masyarakat.

Harapannya, dengan pemahaman yang inklusif terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tentang gender, umat Islam dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis. Pendidikan menjadi kunci utama dalam mewujudkan cita-cita ini, dengan mengintegrasikan nilai-nilai kesetaraan gender ke dalam proses pembelajaran.

Kesimpulan

Ayat-ayat Al-Qur'an yang membahas gender mengandung nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang relevan sepanjang zaman. Melalui pendekatan hermeneutika, ayat-ayat ini dapat dipahami secara lebih inklusif, sehingga mampu menjawab tantangan zaman modern tanpa kehilangan esensi spiritualnya. Implementasi hasil interpretasi hermeneutika dalam pendidikan membuka peluang untuk menciptakan generasi yang lebih peka terhadap isu gender, menjunjung nilai-nilai keadilan, dan menghormati peran setiap individu dalam masyarakat. Dengan demikian, Al-Qur'an tetap menjadi sumber inspirasi utama dalam membangun peradaban yang manusiawi dan berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun