Kebebasan berpendapat dan budaya tata krama dalam bermedia sosial adalah dua konsep yang sering berinteraksi dan terkadang bertentangan satu sama lain. Keduanya sangat penting untuk menjaga keseimbangan di dunia digital yang semakin terhubung.
Kebebasan Berpendapat
Banyak konstitusi dan perjanjian internasional menjamin bahwa setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat mereka. Dijelaskan dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berpendapat di media sosial memungkinkan orang untuk menyuarakan pikiran, ide, dan perasaan mereka tanpa takut akan tindakan represif. Media sosial memungkinkan berbagai suara dan perspektif untuk didengar, yang dapat meningkatkan diskusi pada ranah publik dan mendorong perubahan sosial.
Budaya Tata KramaÂ
Budaya tata krama di media sosial mengacu pada standar dan etika yang mengatur cara kita berinteraksi satu sama lain terutama pada media sosial. Budaya tata karma ini dapat dilakukan dengan menghormati pendapat orang lain, menghindari ujaran kebencian, menghindari penyebaran informasi palsu, dan menjaga privasi.
Interaksi dan Konflik
Interaksi Positif
- Membangun Diskusi yang Konstruktif
Ketika kebebasan berpendapat digunakan dengan cara yang sopan, diskusi yang terjadi dapat sangat produktif dan mendidik. Kita dapat mulai menciptakan ruang diskusi tanpa menggunakan kata-kata yang menyinggung atau menjatuhkan orang lain, sehingga tujuan dari diadakannya diskusi tadi dapat tercapai dan kedua belah pihak bisa mendapatkan insight/pandangan baru.
- Pembelajaran dan Empati
Berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang dapat meningkatkan pemahaman dan empati. Saat kita berinteraksi dengan orang lain dan interaksi tadi dibalut dengan etika komunikasi yang tepat, maka kita dapat berbagi ide dan pandangan satu sama lain secara bebas dengan tetap menghormati lawan interaksi.
Konflik
- Ujaran Kebencian dan Bullying
Kebebasan berpendapat tanpa tata krama dapat menyebabkan ujaran kebencian, pelecehan, dan penyebaran kebencian yang merusak komunitas online. Adanya ujaran kebencian pada individu dapat membuat ia merasa rendah diri dan berdampak panjang pada kesehatan mentalnya, sedangkan apabila ujaran kebencian dijatuhkan pada kelompok komunitas tertentu, maka akan terjadi perpecahan atau perseteruan antar komunitas tersebut.
- Penyebaran Informasi Palsu
Tanpa tata krama yang memadai, kebebasan berpendapat juga dapat menyebabkan penyebaran informasi palsu yang menyesatkan banyak orang dan berdampak buruk pada masyarakat.