Para pakar manajemen telah banyak memberikan tentang pengertian dan teori kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, hal itu disebabkan organisasi tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan. Keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju atau mundurnya suatu organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya.
Dengan demikian, pemimpin bertanggung jawab terhadap pelaksanaan organisasi yang dipimpin, hal ini menempatkan posisi pemimpin yang sangat penting dalam suatu organisasi. Masalah kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik, sebab suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan berorganisasi yang merupakan posisi kunci.
Hal ini dikarenakan bahwa kepemimpinan seorang pemimpin berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya. Kepemimpinan seorang pemimpin akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Kepemimpinan berasal dari kata "pimpin" yang berarti tuntun, bina atau bimbing, dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan.
 Kepemimpinan dapat pula didefinisikan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins "Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhisuatu kelompok untuk pencapaian tujuan".
Soehardjono memaparkan istilah kepemimpinan (leadership) secara etimologis, leadership berasal dari kata "to lead" (bahasa: Inggris) yang artinya memimpin. Selanjutnya timbullah kata "leader" artinya pemimpin yang akhirnya lahir istilah leadership yang diterjemahkan menjadi kepemimpinan.
Anoraga mengartikan "Kepemimpinan sebagai hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pimpinan tersebut".
Selanjutnya menurut Amirullah dan Budiyono (2004 : 245) kepemimpinan merupakan orang yang memiliki kewenangan untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain (bawahan) melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari definisi-definisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut diatas, pada dasarnya kepemimpinan mengandung kesamaan pemahaman bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang positif, juga adanya unsur-unsur orang yang memimpin, yang dipimpin, adanya organisasi dan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama.
Gaya kepemimpinan paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan pemimpin sebagai figur ayah atau ibu yang mengambil keputusan demi kesejahteraan bawahannya. Gaya kepemimpinan paternalistik kerap ditemukan dalam organisasi atau budaya yang hubungan antara pemimpin dan anggotanya mirip dengan hubungan orang tua dan anak-anaknya.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan paternalistik cenderung memiliki kontrol penuh atas keputusan serta arah organisasinya. Pemimpin tersebut membuat keputusan berdasarkan apa yang ia percayai sebagai yang terbaik untuk organisasi dan anggotanya, meskipun sering kali tanpa meminta masukan atau konsultasi dengan anggotanya
Pemimpin paternalistik juga cenderung melindungi anggota mereka dan kerap kali merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Pemimpin mungkin memberikan dukungan, bimbingan, saran, serta berusaha untuk memastikan bahwa anggotanya merasa aman dan nyaman dengan pekerjaan mereka. Kelebihan gaya kepemimpinan paternalistik adalah penciptaan lingkungan kerja yang mendukung dan terasa seperti keluarga. Hal ini meningkatkan loyalitas dan komitmen anggota terhadap organisasi. Kelebihan lainnya adalah mempercepat proses pengambilan keputusan karena pemimpin yang membuat keputusan.
Kekurangan gaya kepemimpinan paternalistik adalah kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat membuat anggota merasa kurang termotivasi dan tidak mempunyai rasa kepemilikan terhadap pekerjaan mereka. Selain itu, gaya kepemimpinan paternalistik mungkin tidak efektif dalam organisasi atau tim yang anggotanya berasal dari latar belakang budaya atau nilai yang lebih cenderung pada partisipatif atau pengambilan keputusan bersama. Ciri-ciri gaya kepemimpinan paternalistik
Ciri-ciri gaya kepemimpinan paternalistik (paternalistic leadership), sebagai berikut:
- Menganggap anggotanya sebagai manusia yang tidak dewasa.
- Jarang memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengambil keputusan dan mengambil inisiatif.
- Bersikap terlalu melindungi (over protective) Jarang memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengembangkan daya kreasi mereka.
Pengaruh Pada Pegawai
Berikut merupakan pengaruh yang ditimbulkan kepada para karyawan yang memiliki pemimpin paternalistik:
- Motivasi dan Semangat
Kepemimpinan paternalistik sering kali dikaitkan dengan memberikan motivasi dan semangat kepada karyawan. Pemimpin yang bersikap baik hati dan peduli terhadap kebutuhan pribadi bawahannya dapat meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
- Hubungan Personal
Kepemimpinan paternalistik memungkinkan terjalinnya hubungan personal yang kuat antara pemimpin dan bawahan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan saling mendukung, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
- Budaya Organisasi
Gaya kepemimpinan paternalistik juga dapat memengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan. Jika pemimpin menerapkan nilai-nilai seperti kebaikan hati, integritas moral, dan otoritas yang kuat, hal ini dapat tercermin dalam budaya kerja yang positif dan berdampak pada produktivitas karyawan.
- Keseimbangan Antara Otoritas dan Kebapakan
Pemimpin paternalistik perlu menjaga keseimbangan antara otoritas dan kebaikan hati. Dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berkreativitas sambil tetap memberikan arahan dan pengawasan yang diperlukan, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan paternalistik dapat berkontribusi positif terhadap produktivitas karyawan melalui hubungan personal yang erat, motivasi yang diberikan, dan budaya kerja yang tercipta.
Referensi:
Wujarso, R. (2023). Prinsip Manajemen: Mengelola Bisnis untuk Masa Depan yang Berkelanjutan. Asadel Liamsindo Teknologi. K
hasanah, J. S. N. & Jaya, A. (2023). Pengantar Manajemen. Nawa Litera Publishing.
Kuntadi, C. (2017). Excellent Leadership. Republika Penerbit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI