Dari viralnya kasus tersebut, banyak komentar negatif berangkat dari netizen.
“tunggu aku ya nada (korban).”
“kok gak ngajakin aku sih.”
Banyak orang menganggap tindakan tersebut merupakan hal yang keren. Turut berduka atas kematian korban itu perilaku yang dibenarkan. Namun, komentar negatif seperti ini seakan-akan menormalisasikan atau memperbolehkan bahwa menghabisi nyawa sendiri suatu hal yang dibenarkan. Selain dari sisi agama, serorang ahli psikolog di tiktok menjelaskan bahwa secara psikologis komentar seperti itu tidak dibenarkan, sehingga harus segera konsultasi ke ahli psikolog.
Dalam sisi pendidikan, pendidikan karakter sejak dini sangat berperan penting, karena sampai pada tingkat mahasiswa pun dengan kapasistas kepandaian yang tentunya tidak rendah, tak menjamin seseorang untuk bertindak tak . Maka, seorang pendidik perlu lebih menekankan adanya nilai-nilai karakter sejak sekolah dasar, terutama keluarga. Selain itu, sekolah ataupun lembaga pendidikan alangkah baiknya lebih mewaspadai kedepannya dan lebih memperhatikan gerak-gerik peserta didik. Lembaga sekolah juga dapat mencegah hal-hal tersebut tidak terjadi melalui fasilitas terkait yaitu layanan konseling dan semacamnya.
Berkaca dari kejadian tersebut juga memberikan peringatan agar lebih aware/peka terhadap sekitar. Melihat teman yang baik-baik saja, ceria, ekspresif tidak menjamin ia terbebas dari masalah. Alangkah baiknya jika memiliki masalah bercerita ke salah satu teman terdekat/dipercaya, kalau merasa tidak memiliki teman yang dapat dipercaya, segera berkonsultasi ke psikolog.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI