Perlu dicatat bahwa teori ini baru ditemukan pada tahun 1929, padahal jauh sebelum itu lebih dari 1400 tahun yang lalu, antara 70-1473 M, Nabi Muhammad SAW (571-634 M) melalui Al-Quran telah mengabarkan hal ini. Dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 30:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Artinya : Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?
Ayat ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1915, yang bahwasannya langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian Allah memisahkannya, alam semesta terus meluas dan saling menjauhi. Al-Quran adalah kitab suci umat islam karena sesuai dengan fitrah manusia, konsisten dan tidak berubah-ubah, dan jauh dari campur tangan manusia. Sehingga Al-Quran terpelihara kemurniannya dan kesuciannya.
Allah SWT yang langsung memelihara Al-Quran karena saat ini ribuan orang sudah hafal Al-Quran. Al-Qur'an mengandung banyak konsep konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Dalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H