Alam Semesta Dalam Pespektif Al-Quran dan Sains
   Al-Quran didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.Â
Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi manusia di dunia dan akhirat. Membahas hubungan Al-Quran dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang- cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi lebih utama adalah melihat, adakah Al-Quran atau jiwa ayat ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya.Â
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan mengingatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
   Penciptaan alam semesta merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dalam al-Quran, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Quran menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi.Â
Al-Quran menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari', al-Mushawwir, dan al-Badi'. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah adalah pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq).
   Dalam sejarah ilmu pengetahuan tentang perkembangan konsep alam semesta, terdapat dua teori utama yang mempengaruhinya. Ptolemeus hidup antara 70-147 Masehi dan mengemukakan teori Geosentris, yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat tata surya, dengan planet dan benda angkasa lainnya bergerak mengelilingi Bumi.Â
Teori ini diterima secara luas selama lebih dari 1400 tahun. Namun, pada abad ke-16, Copernicus memperkenalkan teori Heliosentris, yang menyatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet, termasuk Bumi, mengelilingi Matahari. Teori ini diperkuat oleh Kepler dengan hukum gerakan planet, yang menyatakan bahwa planet bergerak dalam lintasan elips dengan Matahari di salah satu fokusnya. Galileo, dengan teleskopnya, memperkuat teori ini dengan mengamati fenomena alam semesta.
   Pada abad ke-20, Albert Einstein mengemukakan teori bahwa alam semesta tidak statis melainkan mengalami ekspansi. Temuannya ini kemudian diperkuat oleh Hubble pada tahun 1929, ketika ia menemukan bahwa galaksi-galaksi menjauh dari kita dengan kecepatan yang semakin besar, fenomena yang dikenal sebagai pergeseran merah. Hal ini menunjukkan bahwa alam semesta terus memperluas diri.Â
Pada akhirnya, temuan-teumuan ini menggambarkan sebuah alam semesta yang dinamis dan terus berkembang, sesuai dengan apa yang ditemukan oleh Hubble yang sangat memperkuat teori Einstein.