Ada pertanyaan yang terus mengusik setelah kejadian itu; Apa hakikat dan tujuan pendidikan sebenarnya?
... mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Itu bukan kata saya. Itu saya kutip dari buku Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama - Pendidikan, halaman 20, paragraf terakhir sebelah kiri bawah. Selengkapnya silahkan baca sendiri. Saya sangat menyarankan guru atau siapapun yang ingin mengerti tentang pendidikan untuk membacanya. Buku yang berisi kumpulan tulisan Ki Hadjar itu sangat penting jika ingin mengerti tentang pendidkan. Sayangnya, setiap guru yang saya tanya, belum pernah membacanya. Tahu pun tidak.
Kumpulan tulisan setebal 500-an halaman tersebut disusun menjadi 8 bab inti. Dari mulai Pendidikan Nasional, Politik Pendidikan, Pendidikan Anak-anak, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Keluarga, Ilmu Jiwa, Ilmu Adab dan terakhir Bahasa. Sebagai anak pondok, cukup menarik memperhatikan dalam buku itu juga dibahas sistem pondok atau asrama sebagai sistem nasional yang telah ada sejak lama dan sesuai dengan budaya Indonesia. Membaca seluruh isinya saya seperti disajikan pemikiran pendidikan modern. Apa yang beliau tulis adalah apa yang dipraktekan di Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Dalam sesi wawancara, seorang guru di Finlandia menjelaskan bahwa mereka berusaha mengajarkan anak didik untuk bisa berpikir mandiri dan kritis terhadap apa yang mereka pelajari. Seorang guru lain berkata, "We try to teach them to be happy person, to respect others and respect themself."
Kemudian ia ditanya, "Jadi anda sangat fokus dengan kebahagiaan?"
"Ya, sangat." Sang guru menjawab.
"What the hell do you teach?"
"I teach Math."
"Jadi sebagai seorang guru Matematika, anda mengatakan bahwa hal yang paling utama yang anda inginkan terhadap murid-murid ketika mereka lulus adalah mereka bisa bahagia dan memperoleh kehidupan yang bahagia?"
"Ya betul."