Mohon tunggu...
Naila Khansa Aruni
Naila Khansa Aruni Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena "Flexing" Di Media Sosial: Banyak Orang Yang Memamierkan Kekayaan Gaya Hidup Mewah, Dan Barang- Barang Branded Di Media Sosial

10 Oktober 2024   08:53 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:54 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Flexing, atau pamer harta dan kekayaan, merupakan fenomena yang semakin sering

 Tanggapan terhadap flexing ini beragam, namun secara umum dapat dibagi menjadi beberapa sudut pandang:

 Positif:

* Motivasi: Bagi sebagian orang, flexing isa menjadi motivasi untuk bekerja ebih keras dan mencapai kesuksesar finansial.

 * Apresiasi kreativitas: Beberapa bentuk lexing melibatkan kreativitas dar estetika yang tinggi, sehingga bisa dinikmati sebagai sebuah karya seni.

 Negatif:

* Konsumerisme: Flexing seringkali mendorong konsumerisme yang berlebihan dan menghamburkan uang.

 * Perbandingan sosial: Melihat orang ain flexing dapat memicu perasaar ir dan tidak puas diri pada orang lain. * ilai-nilai materialisme: Flexing cenderung menonjolkan nilai-nilai materialisme dan mengabaikan aspek-aspek lain yang lebih penting dalam hidup, seperti hubungan sosial, esehatan, dan pengembangan diri * Pemborosan: Dalam beberapa kasus, flexing melibatkan pemborosan sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

 Sebagai individu, kita perlu bijak dalam menyikapi fenomena flexing: * Fokus pada diri sendiri: Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Nilai-nilai yang lebih penting: Ingatlah ahwa kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh harta benda, tetapijuga oleh hubungan sosial, kesehatan, dan kepuasan diri. * Konsumsi yang bijak: Belanjalah sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan semata. Berikan apresiasi yang tulus: Jika ingin nemberikan apresiasi, lakukan dengar tulus dan tidak berlebihan.

 Kesimpulan

Flexing adalah cerminan dari nilai-nila yang dianut oleh suatu masyarakat. enting bagi kita untuk memiliki pandangar yang kritis terhadap fenomena ini dan idak terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat. Mari kita fokus pada hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup dan membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

flexing dalam agama bisa di sebut sebagai riya.

Dalam tausiyahnya Herni menyampaikan, pengertian riya secara bahasa yakni berasal dari kata Arriyaa'u yang memiliki arti memperlihatkan atau pamer. Riya merupakan suatu perbuatan memperlihatkan sesuatu, baik barang atau perbuatan baik. Namun dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain untuk mendapat pujian.

Adapun dalil riya yaitu:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.(Q.S Annisa ayat 142)

contoh video riya:

https://youtu.be/r0IF0UxjuqI?si=xkMg09YrZTaAkkOR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun