Mohon tunggu...
Naila Kamaliya
Naila Kamaliya Mohon Tunggu... -

www.nailakamaliya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Golput ; Studi pada Mahasiswa UIN Malang

27 Mei 2014   04:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga berada pada sistem pemerintahan yang tonggak kepemimpinannya dipegang oleh presiden, yang tentunya presiden mahasiswa juga dipilih melalui pemilihan umum (PEMILU) sebagaimana rakyat Indonesia memilih presidennya.

Pemilu Raya atau PEMIRA adalah agenda tahunan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam rangka menyongsong keberadaan Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK), namun agaknya pemilu raya di UIN Malang ini tidak dianggap penting atau bisa juga dikatakan telah kehilangan kelamin dibadannya sendiri, bagaimana tidak jumlah partisipan dalam PEMIRA tahun 2014 ini tidak melebihi 25% dari jumlah keseluruhan mahasiswa UIN Malang, hal ini juga sangat kontradiktif dengan laporan liputan salah satu reporter psikologi yang membertikan pernyataan ketua KPU PEMIRA UIN Malang bahwa jumlah pemilih pada pemilu raya tahun 2014 mencapai 70% dari jumlah keseluruhan mahasiswa UIN, padahal berdasarkan berita acara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari masing-masing fakultas didapatkan data sebagai berikut:

Fakultas

Jumlah Pemilih

Jumlah Mahasiswa

Tarbiyah

357

2087

Syariah

286

1094

Humaniora

404

1495

Psikologi

201

779

Ekonomi

341

1269

SAINTEK

452

2479

Total

2041

9203

Berdasarkan data jumlah pemilih dan jumlah keseluruhan mahasiswa diatas sudah terlihat dengan jelas dan dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak peduli dan tidak tanggapnya mahasiswa terhadap rangsangan sosial ini merupakan bentuk apatisme mahasiswa pada organ-organ intra kampus, padahal jika ditinjau dari fungsinya organ tersebut merupakan ujung tonggak kepemimpinan dalam keberlangsungan organisasi intra kampus ditataran republik mahasiswa UIN Malang, organ-organ itu sendiri meliputi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA).

Kajian non-voting behavior atau perilaku tidak memilih ini agaknya harus diulas lebih mendalam karena sikap non-voting behavior ini sangat mempengaruhi jalannya perpolitikan dan kelembagaan organisasi intra kampus di UIN Malang dan jika dibiarkan terus menerus maka tingkat apatisme mahasiswa UIN Malang bisa jadi akan semakin menuai kritis. Seperti yang diungkapkan sebelumnya non-voting behavior atau perilaku tidak memilih atau jika kita berbicara dalam ranah perpolitikan perilaku ini merupakan perilaku golput (golongoan putih) yang mana golput merupakan mereka yang dengan sengaja dan dengan suatu maksud dan tujuan yang jelas menolak memberikan suara dalam pemilu, sedangkan sikap orang-orang golput menurut Arbit Sanit (1992) yakni Pertama, menusuk lebih dari satu gambar partai. Kedua ,menusuk bagian putih dari kartu suara. Ketiga, tidak mendatangi kotak suara dengan kesadaran untuk tidak menggunakan hak pilih (dalam Arianto, 2009).

Di Indonesia golput itu sendiri juga digolongkan menjadi dua kelompok, kelompok golput Pertama, adalah kelompok golput awam. Yaitu mereka yang tidak mempergunakan hak pilihnya bukan karena alasan politik, tetapi karena alasan ekonomi, kesibukan dan sebagainya. Kemampuan politik kelompok ini tidak sampai ke tingkat analisis, melainkan hanya sampai tingkat deskriptif saja. Kedua, adalah kelompok golput pilihan. Yaitu mereka yang tidak bersedia menggunakan hak pilihnya dalam pemilu benar-benar karena alasan politik. Misalnya tidak puas dengan kualitas partai politik yang ada. Atau karena mereka menginginkan adanya satu organisasi politik lain yang sekarang belum ada. Maupun karena mereka mengkehendaki pemilu atas dasar sistem distrik, dan berbagai alasan lainnya. Kemampuan analisis politik mereka jauh lebih tinggi dibandingkan golput awam. Golput pilihan ini memiliki kemampuan analisis politik yang tidak cuma berada pada tingkat deskripsi saja, tapi juga pada tingkat evaluasi ( Ali dalam Arianto, 2009).

Oleh karena itu perlu adanya rancangan dan langkah konkrit dalam mencegah perilaku golput yang selama ini terjadi agar tidak terulang kembali atau setidaknya manambah jumlah partisipan pemilu raya pada tahun berikutnya, hal ini tentu demi terwujudnya republik mahasiswa yang dinamis, progresif, dan meningkatkan bargening position organisasi mahasiswa intra kampus di UIN Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun