Sangat penting untuk memberikan psikoedukasi seks sejak dini, terutama pada anak usia prasekolah. Ini karena, menurut Freud (dalam Boeree, 2008), usia prasekolah berada pada tahap phallus, di mana anak mendapatkan kepuasan libidonya dengan memanipulasi alat kelaminnya, tetapi ketika orang tua melarang terjadi perasaan bersalah yang dapat menghambat perkembangan psikoseksual anak.  Pada tahap perkembangan ini, Freud mengatakan bahwa anak-anak harus mendapatkan pendidikan seksual yang tepat karena jika tidak, akan memulai penyimpangan seksual di kemudian hari. Anak-anak dapat memperoleh pemahaman tentang seks sejak mereka bertanya tentang perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pengetahuan dasar tentang anatomi laki-laki dan perempuan, khususnya tentang alat kelamin, interaksi dengan lawan jenis, dan pencegahan pelecehan seksual harus diberikan sejak dini, yaitu dengan mengajarkan anak-anak untuk melarang orang lain menyentuh, meraba, atau lainnya pada alat kelamin anak.
    Orang tua dan guru, mengingat pentingnya pendidikan seksual sejak dini, diharapkan lebih memahami pelecehan seksual dan memberikan psikoedukasi seks dengan bahasa yang mudah dipahami dengan contoh seperti cerita, gambar, video, dan alat peraga. Orang tua dan guru berharap mereka memberikan pendidikan moral kepada anak mereka dan menjadi contoh yang baik bagi mereka. Tidak dapat diabaikan betapa pentingnya mencegah pelecehan seksual pada anak.
   Pelecehan seksual pada anak dapat dicegah dengan memberikan pendidikan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan berpartisipasi aktif dalam melaporkan dan menindak pelaku. Kita dapat membuat masyarakat yang lebih aman dan peduli terhadap kesejahteraan anak-anak kita dengan bekerja sama.Â
Kita harus mengakui bahwa pelecehan seksual pada anak adalah masalah serius yang membutuhkan tindakan dan perhatian yang berkelanjutan. Kita harus berkomitmen untuk melindungi anak-anak dari trauma ini, memberikan dukungan kepada mereka yang telah menjadi korban, dan melakukan upaya pencegahan yang kuat untuk mencegah pelecehan seksual pada anak yang bisa terjadi di masa depan, karena untuk membuat dunia lebih aman dan sehat dan generasi mendatang, kita hanya perlu bertindak secara kolektif.
REFERENSI
Sari, R., Nulhaqim, S. A., & Irfan, M. (2015). Pelecehan seksual terhadap anak. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1).
Murni, S. (2017). Optimalisasi pengawasan orang tua terhadap bahaya pelecehan seksual pada anak di era digital. KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 5(2), 152-156.
Noviana, I. (2015). Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya. Sosio Informa, 52819.