Mohon tunggu...
Nailah Nurul Aurellia
Nailah Nurul Aurellia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya sangat menyukai ketika sedang mengerjakan sesuatu sembari mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggambaran Gangguan Kesehatan Mental Pasca Trauma Pelecehan Seksual pada Anak

2 November 2023   23:00 Diperbarui: 2 November 2023   23:13 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Kasus yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia memperlihatkan kekerasan terhadap anak semakin parah. Mereka sudah dapat digolongkan sebagai penganiayaan, pelecehan seksual, pencabulan, atau pembunuhan yang bukan hanya masalah psikologis atau emosional. Bahkan setiap tahun, jumlah kasus pelecehan seksual di Indonesia meningkat, dengan korban yang bukan hanya orang dewasa tetapi juga remaja, anak-anak, bahkan balita. Tidak hanya peningkatan dalam jumlah atau kuantitas kasus yang terjadi, tetapi juga peningkatan dalam kualitas. Yang lebih tragis lagi, pelakunya adalah sebagian besar anggota keluarga atau lingkungan sekitar anak itu, termasuk anggota yang ada di dalam rumahnya sendiri, sekolah, dan lingkungan sosialnya. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual akan mengalami gangguan psikologis dan trauma yang parah, yang akan mempengaruhi pertumbuhan mereka. (Hurlock & Elisabeth, 1980).

      Trauma yang mengganggu kesehatan mental juga di definisikan sebagai komponen penting dari kesejahteraan manusia. Sayangnya, dalam banyaknya kasus, pengalaman traumatis yang menghantui seseorang sepanjang hidup dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang cukup membekas atau trauma. Pelecehan seksual pada anak adalah salah satu jenis trauma yang paling merusak dan sering menghasilkan gangguan kesehatan mental yang serius. Dalam beberapa dekade terakhir, masyarakat telah memberikan perhatian utama pada masalah ini, terutama dalam upaya untuk memahami, mendukung, dan membantu mereka yang telah menjadi korban pelecehan seksual.

       Anak adalah harta yang paling berharga bagi setiap orang tua. Setiap keluarga berusaha untuk mendapatkan anak, mulai dari pengobatan medis dan pengobatan alternatif hingga meningkatkan ibadah dan hubungan dengan Yang Maha Pencipta. Setiap pasangan menghabiskan banyak waktu, usaha, dan biaya untuk memiliki anak. Walau bagaimanapun anak merupakan kebanggaan dan kebahagiaan bagi semua orang. Orang tua harus selalu waspada terhadap semua hal yang dapat membahayakan masa depan anak mereka, karena hal ini sangat penting (Santoso, 2011).

      Pelecehan seksual pada anak adalah tindakan kejam dan merusak yang meninggalkan luka yang mendalam dalam kehidupan korbannya. Pelecehan fisik, psikologis, dan verbal yang dialami korban sering mengalami perasaan tidak aman, kebingungan, dan rasa bersalah yang berkepanjangan. Trauma seksual dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental jangka panjang, seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan masalah pada makan. Perhatian dan tindakan bersama diperlukan untuk memerangi pelecehan seksual pada anak. Stres pasca trauma (PTSD) adalah kondisi yang muncul setelah seseorang mengalami peristiwa traumatik atau peristiwa buruk dalam hidupnya. Orang-orang yang mengalami PTSD menanggapi peristiwa tersebut dengan ketakutan dan keputusasaan, serta menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan kembali ke peristiwa tersebut (Kaplan et al., 1997).

       Mengapa anak-anak rentan menjadi korban kekerasan seksual? Karena anak-anak rentan terhadap kekerasan dan kejahatan, karena kepolosan dan kejujuran mereka. Maka dari itu pentingnya pengawasan orang tua kepada anak, karena orang tua bertanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, terutama saat anak-anaknya masih kecil. Orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya, baik fisik maupun psikis, karena sebagai pemimpin keluarga. Orang tua dapat memastikan bahwa kesehatan fisik dan psikis anak mereka baik, sehingga mereka dapat melakukan banyak hal.

       Kasus pelecehan pada anak cukup terbilang sulit untuk di tangani, karena pengaruh pandangan di kalangan masyarakat bahwa persoalan anak masih dianggap sebagai persoalan privat. Dan ada anak-anak yang ketika mengalami pelecehan seksual mereka belum menyadari bahwa mereka mengalami tindakan pelecehan seksual tersebut, sehingga mereka menahan diri untuk tidak menceritakannya kepada orang lain. (Zahra,  2007). Karna kasus pelecahan ini bisa di bilang cukup serius, maka dari itu kita harus mempunyai pendekatan pada korban dengan cara tidak menyalahkan atau menghakimi mereka. Katakan kepada mereka bahwa Anda peduli pada mereka dan bahwa mereka tidak bersalah.

       Dengarkan apa yang  mereka alami dengan sabar saat mereka berbicara, tetapi jangan juga memaksa mereka untuk mengungkapkan rincian pelecehan, karna jika anak tidak merasa nyaman mengungkapkan detail pelecehan, mereka tidak akan mengungkapkan malah lebih memilih untuk menutup diiri. Jika sudah mengetahui ungkapan kasus dari anak yang mengalaminya sebaik nya untuk menjaga kerahasian yang dibagikan oleh anak dan jangan berbicara tentang hal ini dengan orang lain tanpa izin anak, kecuali memang sudah mengancam anak tersebut. Ingatlah bahwa efek pelecehan seksual dapat bertahan lama. Oleh karena itu, bantu anak dalam jangka panjang dan pastikan mereka mendapatkan perawatan medis yang tepat jika memang dibutuhkan.

      Tindakan kasus pelecehan seksual ini merusak jiwa dan karakter anak, Anak-anak mungkin terlihat lesu, tidak memiliki harga diri, mudah menyerah, dan memiliki konsep diri yang negatif, seperti percaya bahwa mereka paling rendah dari semua orang atau bahkan mereka ditakdirkan untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kesulitan. Kekerasan seksual banyak terjadi terhadap anak perempuan, karena dari itu anak perempuan banyak sekali larangan yang diterimanya.

      Trauma yang mereka alami, kebanyakan mereka jelas menjadi tidak percaya pada laki-laki. Mereka juga lebih memilih bereteman dengan sesama perempuan daripada laki-laki, karena takut mengalami pelecehan seksual yang berulang. Anak dapat mengalami trauma atau stres psikologis, yang sebagian besar anak mengalami trauma yang parah, dan ada kemungkinan besar untuk bunuh diri. Ada juga individu yang introvert, yang selalu takut dan trauma akan laki-laki, minder, dan stres. Ada pula Efek fisik yang di alami dapat mencakup kerusakan tubuh, seperti sakit pada kemaluan, masalah tidur dan makan, bahkan hingga kehamilan yang tidak diinginkan, dan infeksi penyakit menular seksual.

      Dampak emosional tersebut bisa tampak dalam berbagai bentuk, seperti rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, perasaan malu, penolakan, dan lain-lain. Anak akan mengembangkan perspektif seksualitas negatif setelah dievaluasi secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Jika mereka dapat mengatasi rasa tanggung jawab, mereka akan menemukan bahwa perilaku menyimpang benar-benar dibatasi oleh masyarakat umum mereka. Korban yang trauma sangat membutuhkan bantuan dari teman, saudara, dan lingkungan sekitar. 

Korban membawa orang lain untuk proses penyembuhan mentalnya ketika kondisinya tidak stabil. Karena itu, korban trauma dan cenderung tertutup dan tertekan. Bayangan ketakutan itu akan muncul sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, perawatan khusus diperlukan untuk menghilangkan ingatan yang tersimpan di alam bawah sadar sehingga lebih mudah untuk menghadapi tantangan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun