Mohon tunggu...
Nailah Dwi Putri
Nailah Dwi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kajian Pembelajaran Neurosains Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Memahami Teori dan Fungsi Belahan Otak

30 Januari 2024   09:37 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

 Siti ni'mah, Izna Zulfiyanti, Ira Maya Maspupah, Nailah Dwi Putri, Elnawati, S.Pd.i., M.Pd.i

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Dosen Pengampu Mata Kuliah Neurosains, Universitas Muhammadiyah Sukabumi

E-mail : stnmh31@gmail.com, isnazlfynti265@gmail.com, iramaya6810@gmail.com, nailahdwiputri@gmail.com

E-mail : elnawati@ummi.ac.id

Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistem saraf, terutama mempelajari neuron atau sel saraf dengan pendekatan multidisipliner. Sedangkan secara terminologi, Neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem saraf, dengan ini neurosains bisa dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf belakang (aminul wathon, 2014 : 285). Pendidikan secara umum mengikuti jejak dalam neurosains, pendidikan dapat dilihat dalam upaya optimalisasi fungsi otak untuk mencerdaskan peserta didik. Otak adalah pusat kecerdasan bagi manusia yang berfungsi untuk mengendalikan sistem saraf dalam menangkap suatu pembelajaran. Pendidikan anak usia dini melalui pendekatan neurosains dapat dilaksanakan melalui beberapa macam metode, diantaranya dengan cara guru memberikan pendidikan dahulu dan harus memahami kinerja otak manusia.

            Dalam kajian neurosains potensi anak didik bertumpu pada otaknya. Dijelaskan bahwa anak didik yang baru lahir mempunyai 100-200 Miliar neuron (sel saraf) dan kecerdasannya berkembang hingga 50% sampai anak usia 6 bulan (adi w Gunawan, 2003). Pada usia 2 tahun perkembangan otaknya mencapai 70% , dan pada usia 10 tahun perkembangan kecerdasannya telah mencapai 90% dan diatas usia 10 tahun perkembangan otak semakin lambat hingga untuk mencapai perkembangan kecerdasan 100% harus menunggu hingga anak berusia 18 tahun. Neurosains membagi anatomi otak menjadi 3 belahan yaitu otak kiri, otak kanan, otak tengah. Hasil kinerja otak kiri disebut IQ, hasil kerja otak kanan disebut EQ, dan hasil kerja otak tengah disebut SQ.

            Selanjutnya neurosains menjelaskan bahwa bermain dapat mengaktivitasi otak kiri (IQ), musik dapat mengaktivitasi otak kanan (EQ), sedangkan bercerita atau sosio drama mengaktivitasi otak tengah (SQ). Sel-sel saraf ini menyusun sistem saraf, baik susunan saraf pusat yaitu otak dan saraf tulang belakang maupun saraf tepi yaitu 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kepala. Potensi kecerdasan akan berkembang pesat apabila orang tua, guru dan lingkungan memahami neurosains dan memberikan stimulasi secara optimal. Karna adanya stimulasi yang diberikan akan mempengaruhi proses perkembangan kemampuan pada anak. Berikut beberapa peran orang tua dan guru berdasarkan tahapan kecerdasan yaitu :

  • Penglihatan, mendekatkan beberapa benda ke mata bayi, menggerakkan benda tersebut ke kiri, ke kanan, ke atas, dan kebawah bahkan melingkar.
  • Berbicara, memperkenalkan beragam bunyi yang indah, menarik, dan spesifik seperti lantunan ayat suci, musik, lagu, suara dan bunyi (suara binatang dan lingkungan sekitar).
  • Emosi, untuk mengontrol emosi anak diciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Salah satunya dengan mengarahkan ke hal yang positif membujuk dan mengajak anak bermain atau melakukan kegiatan yang disenangi.
  • Berfikir, melatih berfikir logika sederhana, berfikir kritis (sebab akibat), menghitung dengan angka angka rendah dan melatih daya ingat dengan pengulangan.
  • Keterikatan dan keterampilan sosial, memfasilitasi dan memotivasi anak belajar keterampilan soft dan hard skill seperti menari, berenang, melukis memainkan alat musik, melibatkan anak dalam kegiatan rumah yang tidak membahayakan.
  • Motorik, kecerdasan pada motorik ini sudah terjadi sejak bayi dalam kandungan. Untuk memfasilitasi motorik anak agar lebih terampil dan cekatan dengan membawa mereka ke arena yang lebih luas agar bebas bergerak sambil mengingat bahaya yang mungkin mereka temui.
  • Keterampilan sosial dan budaya, berikan contoh yang membangun karakter, bekerjasama, bertoleransi, disiplin dan saling menghargai.
  • Berbahasa, melatih anak untuk berbicara mulai dari satu kata sampai berbicara satu kalimat sederhana.


Teori Pembelajaran Neurosains 

1. Teori Emas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun