Selamat Siang Kompasianer! Pada siang hari ini, Saya akan membahas tentang salah satu makanan khas dari Kabupaten Cirebon yaitu, 'Tahu Gejrot'. Dengan rasa pedas, manis, dan asam, menjadikan tahu gejrot sebagai makanan yang memiliki ciri yang khas yang unik.Â
Seperti yang kalian semua ketahui, UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2008 menjelaskan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Pengertian UMKM dilihat dari besar kecilnya aset dan omzet. Aset sendiri adalah sesuatu yang memiliki nilai tukar, 2 modal, kekayaan. Sedangkan omzet adalah jumlah uang hasil dari penjualan.Â
Nah UMKM ini terbagi  menjadi 4 Kelompok, yaitu:
1. Livelihood Activities, usaha ini digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, contohnya pedangan kaki lima.
2. Micro Enterprise, usaha keterampilan yang belum memenuhi kritreria kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, usaha yang telah memenuhi kriteria kewirausahaan yang sudah mampu untuk menerima subkontrak atau ekspor.Â
4. Fast Moving Enterprise, usaha yang dapat melakukan transformasi ke arah usaha besar.Â
Romul Albi Yuliansyah biasa disapa mas Romul memulai berjualan tahu gejrot bersama dengan teman-temannya dari bulan Desemebr di tahun 2023. Motif membuka usaha ini adalah untuk menambahkan pemasukan organsisasi daerah KSC (Keluarga Santri Cirebon). "Kebetulan Saya dan teman-teman memang asli dari Cirebon, jadi kayanya jualan tahu gejrot adalah pilihan tepat karena makanan salah satunya yang jadi khas itu tahu gejrotnya" ucap mas Romul. Usaha mas Romul ini memasuki kelompok usaha ke2 yaitu 'Micro Enterprise' yang belum memenuhi kriteria kewirausahaan, karena skala operasi dasn ukuran yang relatif kecil, dan dijalankan oleh satu atau beberapa individu.Â
Tahu Gejrot, makanan khas dari Cirebon, telah menemukan tempatnya di tengah lidah masyarakat Jogjakarta, meskipun sedikit sulit untuk penyesuaiannya. Dibalik keunikannya, Tahu Gejrot tak hanya memikat di rasanya yang khas, tetapi juga karena perjalanan dan usaha dari para pengusaha kecil dan menengah (UMKM) yang berdedikasi untuk mempopulerkan makanan ini di luar daerah asalnya. "Saya memang asli dari Cirebon, memang susah untuk menyesuaikan rasa aslinya. tetapi, Saya selalu belajar utnuk mencocokkan cita rasa yang ada, karena di Jogja sendiri mayoritas menyukai rasa manis, maka mudah bagi Saya untuk mengevaluasinya." ujar Mas Romul.Â
Tahu Gejrot muncul sekitar tahun 1950-an di Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Nama tahu gejrot terinspirasi suara yang muncul saat pembuatan kudapan ini. Tahu Gejrot dikenal dengan memadukan tahu kopong dengan kuah cuka yang khas, kuah cuka tersebut terbuat dari campuran gula merah, asem jawa, micin, garam, dan kecap manis. Namun, perjalanan penjualan tahu gejrot ke Jogjakarta memang tidaklah mudah. "Di Cirebon sendiri, tahu kopong khas akan mudah untuk didapati karena dijual di pasaran Cirebon, tetapi di sini kita harus pake tahu kopong biasa sebagai penggantinya, soalnya disini jarang malah bahkan susah dicari tahu kopong yang khas" imbuhnya.Â
Tentu para pejuang UMKM dalam mempopulerkan produknya tidaklah mudah, dan pasti memiliki perjuangannya tersendiri. Mas Romul sendiri sudah memastikan bahwa kualitas produk, bahan baku terjamin segar setiap harinya. "Kalau tantangan pasti ada ya, setiap orang pasti ada tantangannya, untuk Saya sendiri mungkin saat membuat kuah cuka, itu lumayan sulit dan menguras tenaga dan waktu untuk nemuin rasa yang pas kaya gimana" ujarnya. Meskipun memiliki tantangan dalam mendapatkan tahu kopong khas, Mas Romul tidak kehilangan semangat untuk menciptakan kuah cuka yang sesuai dengan citarasa masyarkat Jogja yang cenderung menyukai rasa manis.Â
Meskipun Tahu Gejrot menjadi menu utama, Mas Romul tak berhenti di satu produk saja. Mas Romul juga menawarkan variasi produk lain seperti seblak, ceker mercon, dan bakso mercon, namun tetap berfokus pada tahu gejrot yang menjadi produk unggulannya. Dengan demikian, mereka mampu menarik lebih banyak konsumen di berbagai event seperti bazar festival makanan, haul, dan juga melalui promosi sederhana di media sosial. "Oh kemarin Saya dan teman-teman juga berjualan waktu haul di krapyak" ujarnya.Â
Kehadiran tahu gejrot di Jogja tidak hanya berdampak pada keuangan saja, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial di komunitas sekitarnya. "Kan ada kas, nah itu bikin dampak positif di kita soalnya nambah pemasukan juga, tapi ya kalau yang diluar biasanya popularitas sih soalnya masih jarang yang jualan tahu gejrot juga" ucap Mas Romul. Mas Romul pun turut bangga karena bisa membawa dan mempopulerkan makanan khas dari daerahnya tinggal ke tempat yang jaraknya jauh dari Cirebon. Hal ini bukan hanya menambah pilihan kuliner bagi masyarakat Jogja tetapi juga memberikan mereka pengalaman baru dalam menikmati keanekaragaman kuliner di Indonesia.Â
Dengan tekat dan desikasi yang ada, UMKM tahu gejrot di Jogja mampu mengatasi berbagai tantangan yang ada, dimulkai dari bahan baku dan persaingan di pasar lokal. Mas Romul dan teman-teman berhasil mempertahankan keaslian rasa tahu gejrot sambil tetap memperhatikan preferensi lokal dalam hal citarasa.Â
Tahu gejrot bukanlah sekadar makanan saja, namun tahu gejrot juga merupakan cerminan dari semangat dan dedikasi UMKM lokal dalam melestarikan dan mempopulerkan warisan kuliner Indonesia. "Saya sendiri bangga bisa mengenalkan makanan khas dari daerah saya yang notabenenya masih jarang banget yang produksi tahu gejrot di Jogja". Dengan adanya semangat, inovasi, adaptasi Mas Romul dan teman-temannya tak hanya berhasil mempertahankan bisnis mereka tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional melalui makanan saja. Patut menjadi teladan UMKM lain yang ingin mengembangakn potensi kuliner daerah mereka di pasar yang lebih luas.Â
Dalam era digital yang semakin berkembang pesat ini, penting bagi para pejuang UMKM untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan daya saing mereka. Dengan memanfaatkan platform online dan strategi pemasaran digital yang efektif, UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan kesadaran merek, dan meningkatkan penjualan secara signifikan. Maka dari itu, Mari senantiasa mendukung Produk UMKM lokal kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H