Mohon tunggu...
Naila Halisya
Naila Halisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN K.H. abdurrahman Wahid Pekalongan

Saya adalah mahasiswi akuntansi syariah di UIN K.H Abdurahman Wahid Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Islam, Dilema Etis dalam Akuntansi

4 Desember 2024   22:48 Diperbarui: 4 Desember 2024   23:11 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia akuntansi dan bisnis kerap diwarnai oleh skandal keuangan yang mengguncang kepercayaan publik. Kasus-kasus besar seperti Enron dan WorldCom telah menunjukkan betapa rapuhnya integritas dalam dunia bisnis. Di Indonesia, skandal serupa juga pernah mengguncang, menunjukkan bahwa etika profesional masih menjadi masalah krusial. Dalam konteks ini, integrasi etika Islam dalam pendidikan akuntansi dapat menjadi solusi alternatif yang layak dipertimbangkan.

Penelitian terbaru oleh Amalia dan Srimaya menyoroti pentingnya menanamkan nilai-nilai Islam dalam pendidikan akuntansi. Etika Islam yang berlandaskan prinsip tauhid (keesaan Tuhan), amanah (kepercayaan), dan maslahah (kesejahteraan umum) diyakini dapat menumbuhkan akuntan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki moralitas tinggi. Berbeda dengan etika sekuler yang berfokus pada hasil dan keuntungan, etika Islam menekankan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi moral yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Dalam dunia akuntansi konvensional, akuntan sering kali menghadapi dilema etis yang rumit, seperti tekanan untuk memanipulasi laporan keuangan demi menjaga citra perusahaan atau memenuhi ekspektasi pemegang saham. Dalam situasi ini, integrasi etika Islam memberikan kerangka kerja yang lebih kuat. Akuntan yang memahami konsep hisab (pertanggungjawaban) akan menyadari bahwa kejujuran dan integritas adalah kewajiban moral yang tidak bisa dikompromikan.

Selain itu, konsep maslahah mendorong akuntan untuk selalu memprioritaskan kesejahteraan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini berarti bahwa keputusan bisnis tidak semata-mata didasarkan pada keuntungan finansial, tetapi juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat. Dengan demikian, akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai alat pengelolaan keuangan, tetapi juga sebagai "jiwa keadilan" yang memastikan bahwa praktik bisnis membawa manfaat bagi banyak pihak.

Tantangan dan Harapan

Tentu saja, mengintegrasikan etika Islam ke dalam pendidikan akuntansi bukan tanpa tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah bagaimana membangun pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap nilai-nilai etika yang berbasis agama di tengah dominasi kapitalisme global. Sistem pendidikan yang ada juga perlu direformasi agar mampu mengakomodasi pendidikan moral yang komprehensif.

Namun, hasil akhirnya bisa sangat signifikan. Jika berhasil diterapkan, ini akan menghasilkan akuntan yang tidak hanya profesional tetapi juga beretika tinggi. Masyarakat akan kembali mempercayai integritas laporan keuangan, dan dunia bisnis akan bergerak menuju model yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Menuju Masa Depan yang Lebih Beretika

Integrasi etika Islam dalam akuntansi bukan hanya tentang menanamkan nilai-nilai moral, tetapi juga tentang membangun dunia bisnis yang lebih adil dan transparan. Dengan akuntan yang berpegang pada prinsip tauhid, amanah, dan maslahah, skandal keuangan di masa depan dapat diminimalkan, dan kepercayaan masyarakat terhadap dunia bisnis dapat dipulihkan.

Pada akhirnya, reformasi pendidikan etika ini bukan hanya akan memperkuat profesi akuntansi, tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat. Dunia bisnis yang berlandaskan moralitas tidak hanya akan membawa kesejahteraan, tetapi juga menciptakan tatanan sosial yang lebih harmonis dan berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun