Mohon tunggu...
nailah nasywa
nailah nasywa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca buku dan menonton video/film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Perang Jamal, Perang Antar Saudara Pertama

2 April 2023   13:41 Diperbarui: 2 April 2023   14:16 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang Jamal ini terjadi ketika masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang tergolong orang-orang yang pertama masuk islam yang disebut Assabiqunal Awwalun. Ali dibai'at menjadi khalifah ke empat setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan karena desakkan orang-orang yang membai'at Ali dengan alasan jika tidak ada yang mengisi posisi Utsman (khalifah) niscaya tidak akan aman dari pertingkaian dan kerusakan umat. Perang ini merupakan bagian dari konflik politik yang terjadi setelah kematian Utsman bin Affan. Konflik ini melibatkan beberapa tokoh penting, yaitu Aisyah (istri Rasulullah), dan sahabat Nabi lainya yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang perang Jamal pada masa  Khalifah Ali bin Abi Thalib dan pelajaran yang dapat diambil darinya.

Perang jamal ini terjadi di wilayah Basra, Irak pada tahun 656M. Disebut perang jamal karena pada saat itu, di medan perang banyak yang mengendarai unta. Perang ini juga memiliki nama lain yang  disebut Perang Basra karena terjadi di wilayah Basra, Irak.

Sebab awal terjadinya perang ini adalah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Beliau terbunuh ketika sedang membaca Al-Qur'an, dan darahnya bercucuran pada mushaf yang beliau baca.

Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam lah yang mulanya berbai'at kepada pemerintahan Ali. Keduanya pergi ke Mekah untuk melaksanakan Umrah. Sampainya di Mekah mereka bertemu Aisyah (istri Rasulullah), dan mereka bersepakat untuk menuntut Ali agar mengusut dan menghukum para pembunuh Utsman.

Mereka berpendapat persoalan qishash terhadap pembunuh Utsman harus segera di selesaikan, sebab mereka khawatir kejadian serupa terulang lagi. Ali memahami tuntutan para sahabatnya itu namun Ali ingin membentuk kekuatan terlebih dahulu sebelum mengusut tuntas siapa pembunuh Khalifah Utsman dan bagi Ali persoalan qishash ini baru dapat ditegakkan ketika situasi politik sudah tenang dan kaum muslimin bersatu dalam satu pemerintahan yang kokoh. Jumlah pembunuh Utsman yang sebenarnya juga belum diketahui secara pasti. Beliau sangat perlu berhati-hati untuk menetapkan qishash kepada para tersangka.

Perang ini terjadi disebabkan karena para pembunuh Utsman takut jika Ali bersepakat dengan Aisyah untuk menahan orang-orang yang telah membunuh Utsman ketika Mereka mengetahui bahwasannya Aisyah mendatangi Ali untuk mengadakan kesepakatan damai. Kemudian, karena ketakutan mereka atas kesepakatan damai tersebut, mereka menyerang pasukan Aisyah ketika mereka di dalam perjalanan untuk bertemu Ali sehingga Aisyah dan pasukannya mengira Ali telah menyerang mereka. Begitupun dengan Ali yang mengira bahwasannya Aisyah telah menyerangnya, dan terjadilah perang Jamal ini pada hari kamis pertengahan bulan Jumadil Akhir, di wilayah Basra, Irak. Yang mana peperangan ini berdampak pada banyaknya korban mati syahid yang jatuh dari kelompok Aisyah dan Ali.

Ibnu Katsir menyebutkan kurang lebih dari 10.000 orang dari kedua belah pihak yang menjadi korban pada perang Jamal. Riwayat lain menyebutkan jumlah korban berkisar 2500-6000 orang. Di sisi lainnya, Pasukan Ali kehilangan 400-600 korban. Termasuk sahabat Rasulullah yaitu Thalhah dan Zubair yang meninggal dunia pada peperangan ini. Pada akhirnya peperangan ini dimenangkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib.

Pada peristiwa perang Jamal ini sama sekali tidak ada niat diantara mereka untuk melakukan peperangan. Karena ketika Ali, Thalhah, dan Zubair saling berkirim surat dengan niatan untuk melakukan kesepakatan damai. Ali sangat tidak ridha terhadap orang yang telah membunuh Utsman beliau juga bukan orang yang membantu pembunuhan tersebut.sebagaimana ia bersumpah " Demi Allah aku tidak membunuh Utsman dan tidak mendukung pembunuhannya." Sedangakan dia adalah orang yang berkata benar lagi jujur dalam sumpahnya. Karena ketakutan para pembunuh Utsman atas kesepakatan damai kedua pihak, mereka menyerang pasukan Aisyah, Thalhah dan Zubair sehingga mereka menyangka bahwa Ali telah menyerangnya, begitupun sebaliknya. Akhirnya terjadilah fitnah peperangan ini pada hari kamis pertengahan bulan Jumadil Akhir.

Perang Jamal ini dikenal sebagai konflik antara Fatah dan Hamas di Palestina pada tahun 2006, mungkin memiliki beberapa kaitan dengan keadaan Indonesia saat ini. Namun, hubungan ini tidak langsung dan lebih bersifat geopolitik daripada langsung mempengaruhi situasi di Indonesia.

Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia telah lama mendukung Palestina dalam konflik dengan Israel. Indonesia telang secara terbuka mengecam kebijakan Israel yang dianggap melanggar hak asasi manusia dan hak kemerdekaan Palestina. Oleh karena itu, perang Jamal mungkin memiliki dampak pada pandangan dan dukungan Indonesia terhadap faksi-faksi yang terlibat dalam konflik Palestina.

Dengan demikian, meskipun perang jamal mungkin memiliki dampak pada pandangan dan dukungan Indonesia terhadap konflik Palestina, hal itu tidak langsung mempengaruhi keadaan Indonesia saat ini. Namun, sebagai negara yang mengedepankan solidaritas dan keadilan internasional, Indonesia dapat terus memperjuangkan perdamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina.

Dalam artikel ini, saya harap dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perang Jamal pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib dan relevansinya pada masa sekarang. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah sejarah perang Jamal ini adalah sebagai pemimpin (baik pemimpin suatu organisasi ataupun diri sendiri) pentingnya untuk bersifat jujur dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan ketika terjadinya konflik baik kecil maupun besar,  menjaga persatuan dan kesatuan umat islam, serta menghindari konflik yang dapat memecah belah umat. konflik pada masa itu harus dijadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua untuk saling menghargai perbedaan dan memperkuat persatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun