Mohon tunggu...
nailafauziah
nailafauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pancasila

Naila Fauziah, biasa dipanggil naila. Lahir di Jakarta, 26 November 2024, anak ke 4 dari 4 bersaudara. Tinggal di Jakarta, hobbi saya nari dan menggambar, saya lulusan SMK Cyber Media Jakarta lalu sekarang kuliah di Universitas Pancasila Jurusan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Tragedi Penembaakkan Gamma: Cerminan Kegagalan Sosial dan Pentingnya Revormasi Penegakan Hukum

26 Desember 2024   15:27 Diperbarui: 26 Desember 2024   15:27 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus penembakan Gamma, seorang siswa SMKN 4 Semarang, oleh Aipda Robig Zaenudin, membuka kembali luka lama yang sering kali menjadi perbincangan masyarakat: penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum. Tragedi ini bukan hanya tentang hilangnya nyawa seorang remaja berprestasi, tetapi juga menggambarkan berbagai persoalan sosial, kelemahan institusi, dan perlunya reformasi mendalam di tubuh Polri. Jika dianalisis dari perspektif ilmu sosial, kasus ini memberikan wawasan tentang relasi kuasa, norma sosial, dan bagaimana masyarakat merespons ketidakadilan.

Kronologi Kasus Gamma: Sebuah Tragedi yang Tidak Seharusnya Terjadi

Pada suatu malam, Gamma bersama dua temannya melintasi jalan di Semarang menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan itu, mereka bertemu dengan Aipda Robig, seorang anggota kepolisian yang sedang tidak bertugas. Berdasarkan pengakuannya, Robig merasa "terancam" oleh kehadiran mereka, meskipun tidak ada bukti bahwa Gamma atau teman-temannya menunjukkan tindakan yang membahayakan.

Dalam situasi yang seharusnya dapat ditangani tanpa kekerasan, Robig melepaskan tembakan, yang akhirnya merenggut nyawa Gamma. Penggunaan senjata api dalam kondisi yang tidak mendesak ini jelas melanggar prosedur operasional standar (SOP) Polri. Gamma, seorang remaja tanpa catatan kriminal, menjadi korban tindakan aparat yang sewenang-wenang, yang mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian.

Relasi Kuasa dan Kepercayaan Publik

  • Penyalahgunaan Kekuasaan

Dalam teori kekuasaan Max Weber, negara diberi legitimasi untuk menggunakan kekerasan melalui institusi seperti kepolisian. Namun, kekuasaan ini harus dijalankan dengan tanggung jawab dan dalam batas norma yang berlaku. Ketika kekuasaan digunakan tanpa pengawasan yang memadai, seperti dalam kasus Gamma, hasilnya adalah penyalahgunaan yang merusak kepercayaan masyarakat.

Gamma, sebagai bagian dari masyarakat sipil, berada dalam posisi rentan di bawah otoritas aparat negara. Ketimpangan ini mencerminkan relasi kuasa yang tidak seimbang antara negara dan warganya. Ketika institusi negara gagal melindungi, hubungan sosial yang didasarkan pada kepercayaan pun terganggu, menciptakan rasa ketidakadilan yang meluas.

  • Solidaritas Sosial dan Kesadaran Kolektif

Reaksi masyarakat terhadap kasus ini menunjukkan solidaritas sosial yang kuat. Dalam perspektif Emile Durkheim, solidaritas muncul sebagai bentuk "kesadaran kolektif" ketika norma atau nilai-nilai bersama dilanggar. Dukungan masyarakat terhadap keluarga Gamma, aksi di media sosial, hingga petisi daring dengan ribuan tanda tangan mencerminkan bagaimana masyarakat modern menggunakan teknologi untuk menyuarakan tuntutan keadilan.

  • Ketidakadilan Struktural

Kasus ini juga dapat dianalisis melalui perspektif teori konflik yang dikemukakan Karl Marx. Dalam teori ini, institusi sering kali mencerminkan kepentingan kelompok dominan, yang dalam konteks ini adalah aparat negara. Penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi menunjukkan adanya masalah struktural yang lebih besar, di mana mekanisme pengawasan internal dan kontrol atas aparat masih lemah.

Tuntutan Reformasi: Solusi dalam Perspektif Ilmu Sosial

  • Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Aparat

Kasus ini menunjukkan pentingnya reformasi dalam sistem pelatihan aparat kepolisian. Aparat harus dibekali dengan keterampilan de-eskalasi konflik, pengendalian emosi, dan pemahaman mendalam tentang penggunaan senjata api. Pelatihan ini tidak hanya teknis tetapi juga menekankan aspek moral dan etika profesional.

  • Pengawasan Ketat terhadap Kekuasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun