Penyakit ain atau penyakit mental adalah salah satu kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu. Dalam perspektif Islam, penyakit ain juga diberikan perhatian penting. Islam mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, yang terdiri dari dimensi fisik dan spiritual. Oleh karena itu, penyakit ain dalam Islam dipandang sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dengan bantuan Allah SWT dan penggunaan sumber daya yang tepat.
Pertama-tama, dalam Islam, setiap penyakit dianggap sebagai ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Ini termasuk penyakit ain. Penyakit ain dapat menguji iman, kesabaran, dan ketekunan seseorang. Dalam situasi seperti ini, individu diharapkan untuk memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT melalui doa, ibadah, dan ketekunan dalam menjalankan ajaran agama. Pandangan Islam tentang penyakit ain juga mencakup prinsip-prinsip kesehatan mental yang terkait dengan pola hidup yang seimbang. Dalam Islam, dianjurkan bagi individu untuk menjaga keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Ini melibatkan menjaga pola makan yang sehat, tidur yang cukup, olahraga teratur, dan menjauhi perilaku yang merusak kesehatan mental, seperti penyalahgunaan zat, kecanduan, atau maksiat.
Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya menghindari penyakit ain yang timbul dari perilaku buruk dan sifat negatif. Misalnya, kecemburuan yang berlebihan, iri hati, dendam, dan kebencian dapat menghasilkan konflik internal yang berdampak buruk pada kesehatan jiwa seseorang. Oleh karena itu, individu dihimbau untuk berusaha mencapai kedamaian dalam diri mereka dengan mengembangkan sikap rendah hati, pemaaf, dan toleran. Dalam Islam, penyakit jiwa juga dapat berkaitan dengan kekurangan spiritual.
Ketika seseorang menjauh dari Allah SWT dan mengabaikan aspek spiritual dalam hidupnya, ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam dirinya. Keterlibatan dalam ibadah dan pengembangan ikatan yang kuat dengan Allah SWT dianggap penting dalam penyembuhan jiwa. Doa, membaca Al-Qur'an, dan berinteraksi dengan masyarakat yang taat dapat membantu individu memperoleh ketenangan dan ketenangan batin. Sebaliknya, individu yang mengalami penyakit jiwa dihargai dan didukung dalam proses penyembuhan mereka. Keluarga, teman, dan masyarakat diharapkan untuk memberikan dukungan emosional, pengertian, dan belas kasihan kepada individu yang mengalami penyakit jiwa.
Adapun cara kerja penyakit ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak jauh yaitu dengan pandangan mata. Sebenarnya bukan mata saja yang memberikan pengaruh tetapi yang sebenarnya memberi pengaruh yaitu ruh, maka pandangan yang keluar melewati mata seseorang (yang hasad atau kagum) adalah panah yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya. (Farida, 2021)
Menurut perspektif Islam, penyakit ain juga dapat dipandang sebagai panggilan untuk introspeksi dan perbaikan diri. Penyakit jiwa dapat menjadi panggilan untuk memeriksa kehidupan spiritual, mengidentifikasi kelemahan, dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Hal ini dapat mencakup berintrospeksi, melakukan tafakkur (merenung), dan mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kualitas hidup secara spiritual. Dalam menghadapi penyakit jiwa, penting untuk mengembangkan keyakinan yang kuat dan optimisme yang didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, dengan keyakinan kuat, individu yang mengalami penyakit ain dapat menghadapinya dengan tekad dan harapan yang tinggi, mengandalkan pertolongan Allah SWT dalam proses penyembuhan mereka.
Ada metode khusus dalam melakukan Ruqyah bagi mereka yang menderita penyakit Ain. Ruqya berasal dari kata raq-yarq, yang berarti "tempat perlindungan bagi orang sakit" dan istarq juga berarti "meminta Ruqyah". Namun, tidak semua jenis ruqyah diperbolehkan dalam Islam. Peneliti telah sepakat untuk mengizinkan Ruqyah jika tiga syarat terpenuhi. Pertama: menggunakan Firman Allah, Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya. Kedua: Gunakan bahasa Arab atau non-Arab jika Anda tahu artinya. Ketiga: Seseorang harus percaya bahwa Ruqyah tidak menyembuhkan penyakit dengan sendirinya, tetapi penyembuhan yang sebenarnya datang dari Allah SWT, Penyembuh Yang Mahakuasa dari segala sesuatu. (Ibn Kathir, 1999)
Dilihat dari realita saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ketergantungan masyarakat terhadap media sosial, mulai dari kalangan mahasiswa, pelajar, pekerja kantoran, orang tua, menengah ke atas bahkan menengah. Kebanyakan orang menggunakan media sosial saat ini menyukai kegiatan sehari-hari mereka dalam bentuk gambar dan video. Mengunggah gambar dan video ke media sosial merupakan hal yang umum dilakukan oleh setiap pengguna media sosial. Mereka melakukan ini karena alasan dan alasan mereka sendiri. Dan tidak ada batasan khusus untuk berbagi aktivitas sehari-hari di jejaring sosial. Namun kita harus berhati-hati saat mengunggah/membagikan foto atau video di media sosial membuka peluang besar untuk penyakit.
Mungkin orang yang melihat foto dan videonya iri dan marah karena nikmat yang diterima dari orang lain atau rasa hormat dengan kegembiraan yang seharusnya, dan keajaiban mereka tidak termasuk nama penamaan Allah atau dengan berkat, qadarullah dengan izin Allah, yaitu panah beracun dari Ain hancurkan mereka dalam waktu singkat. Contoh kasus penyakit "Ain": gambar anak cantik dan diposting dengan manis di media sosial untuk diungkapkan. Anak itu tiba-tiba jatuh sakit
Dalam rangka menghindari dan mencegah penyakit ain, Islam juga mengajarkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan. Menolong sesama manusia, berbagi kebahagiaan, dan menyebarkan kebaikan dapat memiliki efek positif pada kesehatan jiwa seseorang. Dalam Islam, tindakan amal dan berbuat baik kepada orang lain dianggap sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa. Dalam penutup, penyakit ain dalam perspektif Islam dipandang sebagai ujian, tetapi juga sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang secara spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Azqia, L. (2021). Penyakit Ain dalam Perspektif Islam: Studi Takhrij dan Syarah Hadis. Jurnal Riset Agama, 1(2), 401-411.
Khadzali, M. K. F. M., & Ahmad, K. (2020). Penyakit Ain dalam Perspektif Hadith dan Masyarakat Melayu: Evil Eye in Hadith and Malay Society Perspective. Jurnal Usuluddin, 48(2), 133-173.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H