Mohon tunggu...
Naila alyssa
Naila alyssa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Dakwah Era Disrupsi

24 Juni 2024   16:48 Diperbarui: 24 Juni 2024   16:50 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Problematika Dakwah Era Disrupsi
Oleh: Dr. Syamsul Yakin, M.A & Naila Alyssa
Dosen & Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Topik dakwah terkini meliputi kendala dan tantangan dakwah. Dalam hal ini kendala dalam dakwah adalah keterbatasan khatib dari segi kualitas dan kualitasnya. Keterbatasan alat dakwah, waktu dan tempat dakwah berbeda-beda. Kendala dalam dakwah, termasuk pendanaan. Semua ini memerlukan kepemimpinan dakwah.


Pada saat yang sama, tantangan dakwah adalah para khatib dan mitra dakwah harus berupaya keras. Tantangan dakwah dapat diatasi dengan mencari cara atau cakrawala baru dalam berdakwah saat ini.

Permasalahan dakwah saat ini bertepatan dengan era disrupsi yang sulit diprediksi. Dalam konteks ini, era disrupsi adalah era perubahan besar-besaran di bidang informasi dan teknologi digital yang mengambil alih Mad. Misalnya rusaknya keimanan, tidak menghormati hukum syariah, dan kebobrokan akhlak yang terjadi tanpa diketahui siapa pelakunya.

Para pengkhotbah takjub dengan semakin populernya perjudian online yang telah mencapai total 600 triliun transaksi. Di era disrupsi ini, pemain tidak terlihat, peristiwa terjadi jauh, jauh sekali, dan tidak ada tempat. Masih ada korban. Misalnya ada yang kalah lalu menyerah dan gantung diri.

Untuk mengatasi tantangan dakwah di era disrupsi ini, para mubaligh dan mitra dakwah harus sadar akan literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan mengakses dan menggunakan media digital untuk berdakwah. Misalnya saja menggunakan media online untuk berdakwah. Membuat konten dakwah yang lebih teknis lagi di media sosial.

Selain itu, kelompok yang ada harus dimaksimalkan untuk menyebarkan tiga pesan dakwah terpenting yaitu keimanan, syariah dan akhlak. Para pengkhotbah tidak boleh berhenti menciptakan dan mempromosikan dunia digital. Dakwah di zaman serba galau ini tidak mengenal kepuasan kata karena hambatan dan tantangan dakwah datang begitu cepat.

Yang perlu dijaga antara lain hubungan baik dan perhatian penuh terhadap kegilaan internet. Kapan pun memungkinkan, tidak ada seorang pun yang meninggalkan grup dengan alasan apa pun. Bisa saja ada mad'u online yang menganggap konten-konten tersebut merugikan gerakan dakwah.

Secara pribadi, para pengkhotbah harus mampu bertahan untuk terus berdakwah di zaman yang penuh kebingungan ini. Oleh karena itu, saya harus bersikap kritis terhadap perkembangan tren atau permasalahan di dunia digital. Solusi alternatif harus disempurnakan (canggih).

Kesimpulannya, di era kebingungan ini, seorang pengkhotbah harus memiliki kecerdasan emosional (EQ), memahami dunia digital dan tantangannya, serta menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk berdakwah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun