Mohon tunggu...
Naila alyssa
Naila alyssa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

tugas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ilmu Dakwah

22 April 2024   20:15 Diperbarui: 27 April 2024   12:18 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Dakwah dapat dianggap sebagai sebuah ilmu apabila bersifat empiris.

 Artinya dihasilkan melalui proses penelitian (baik penelitian perpustakaan maupun lapangan. Dakwah juga dikatakan sebagai ilmu apabila didapat melalui proses pengamatan (person maupun kelompok) dan percobaan berkali-kali hingga menghasilkan sebuah konsep dan teori.

 Selain itu, ilmu dakwah juga harus sistematis atau diatur secara terencana dengan suatu metode berpikir ilmiah yang objektif sehingga mudah dipelajari bagi siapa saja. Jadi ilmu dakwah harus terencana dan menggunakan metode yang permanen.

 Selanjutnya, pokok dan bagian ilmu dakwah harus bisa diuraikan secara tepat sehingga dapat terlihat hubungan antara pokok dan bagian imu dakwah agar diperoleh pengertian yang tepat komprehensif. Inilah yang dikatakan bahwa ilmu dakwah itu harus bersifat analitis.

 Ilmu dakwah juga harus bersifat objektif. Artinya tidak inclination dan harus terbebas dari purbasangka. Dakwah baru dikatakan sebagai ilmu apabila didasarkan atas fakta, bukan fiksi atau emosi. Selain itu yang dimaksud objektif dalam konteks ini adalah tidak dipengaruhi oleh pandangan inner.

 Imu dakwah harus juga bersifat verifikatif atau dapat dibuktikan. Artinya, konsep dan teori yang dibangun didukung oleh fakta. Dengan kata lain ilmu dakwah dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta dan information yang ada.

 Dakwah juga dapat dikatakan sebagai imu apabila dapat didekati secara kritis. Artinya ilmu dakwah dihasilkan dari sebuah proses mendalam yang melibatkan analisis dan evaluasi yang teliti. berkritis adalah cara berpikir ilmiah untuk merespons ilmu dakwah.

 Selanjutnya ilmu dakwah harus memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Artinya ilmu dakwah disusun secara sistematis, objektif, rasional dan empiris sebagai ssbuah disiplin ilmu

 Terakhir, ilmu dakwah itu harus bersifat logis. Artinya ilmu dakwah itu harus sesuai dengan logika, benar dalam penalaran, dan masuk akal.

 Inilah delapan ciri ilmu dakwah, yakni empiris, sistematis, analitis, objektif, verifikatif, kritis, ilmiah, dan logis.

Oleh: Syamsul Yakin dan Naila Alyssa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun