Ilmu tidak dapat dipisahkan dari peran filsafat. Ilmu berfungsi untuk menggambarkan berbagai fenomena, sedangkan filsafat bertugas untuk memberikan penjelasan mengenai alam semesta dan kebenarannya, yang berasal dari hasil pemikiran yang diperoleh melalui pengalaman. Pada dasarnya, pemikiran filsafat berakar dari pengetahuan. Proses ini dimulai dengan rasa ingin tahu, sementara kepastian muncul dari keraguan. Filsafat itu sendiri lahir dari kombinasi kedua elemen ini. Pemikiran filsafat mendorong kita untuk mengeksplorasi apa yang sudah kita ketahui dan apa yang masih belum kita ketahui (Suriasumantri, 2007).
Ilmu yang ditinjau dari perspektif ontologi membahas tentang keberadaan. Ontologi merupakan cabang filsafat yang berfokus pada hakikat eksistensi, mencakup segala sesuatu yang ada serta yang mungkin ada (Rokhmah, 2021). Kajian ontologi terbagi menjadi dua kategori: materi, seperti ilmu sains, politik, dan sosial budaya, serta non-materi, yang mencakup objek-objek seperti jiwa, sifat, dan wujud Tuhan. Ontologi memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena ia memberikan kerangka kerja untuk memahami dan mengklasifikasikan berbagai jenis keberadaan. Dengan memahami sifat dan kategori dari apa yang ada, ilmuwan dapat lebih efektif dalam merumuskan teori, melakukan penelitian, dan menginterpretasikan data.
Secara etimologis, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau teori pengetahuan. Objek utama dalam epistemologi adalah memahami bagaimana sesuatu itu muncul, mengetahuinya, dan membedakannya dari hal lainnya. Oleh karena itu, epistemologi terkait dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu yang melibatkan pengetahuan tersebut (Pajriani et al., 2023). Salah satu bagian terpenting dalam ilmu pengetahuan adalah kajian epistemologi mengenai keberadaan suatu ilmu. Setiap pengetahuan, pada hakikatnya, bukanlah hanya apa yang dilihat atau didengar, tetapi juga apa yang kita rasakan. Dalam cara berpikir rasional, kita dapat melihat dan menemukan setiap pengetahuan di sekeliling kita atau melalui setiap pengalaman, baik yang bersifat nyata maupun tak nyata. epistemologi membantu kita memahami bahwa pengetahuan juga meliputi pengalaman emosional dan spiritual (Kurniawan & Fil, 2019).
Salah satu cabang filsafat ilmu yang mengkaji bagaimana manusia menggunakan ilmunya adalah aksiologi. Secara sederhana, aksiologi dapat dipahami sebagai ilmu tentang nilai. Aksiologi membahas hubungan antara ilmu dan nilai, termasuk pertanyaan apakah ilmu bebas nilai atau terikat pada nilai tertentu. Sebagai contoh, kajian aksiologi dalam Manajemen Pendidikan Islam mengeksplorasi tema tersebut. Dengan demikian, kajian aksiologi pada dasarnya menilai kelayakan suatu ilmu pengetahuan dan apakah ilmu tersebut pantas untuk dikembangkan. Berdasarkan landasan aksiologi, sebuah pernyataan ilmiah dapat dianggap benar jika mengandung unsur aksiologi, yaitu nilai manfaat bagi kehidupan manusia. Ontologi berfokus pada esensi dari suatu ilmu pengetahuan, Ontologi berperan penting dalam memahami esensi ilmu pengetahuan dengan menganalisis eksistensi, sifat, dan kategori ilmu, sehingga membantu kita mengetahui apa yang menjadikan suatu pengetahuan berharga dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Daftar Pustaka
Kurniawan, T., & Fil, M. (2019). Sejarah Epistemologi serta Pengertian Epistemologi sebagai Ilmu tentang Kebenaran. Kumpulan Makalah: Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Pamane Talino Landak.
Pajriani, T. R., Nirwani, S., Rizki, M., Mulyani, N., Ariska, T. O., & Harahap, S. S. A. (2023). Epistemologi Filsafat. PRIMER: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(3), 282--289.
Rokhmah, D. (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172--186.
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. In Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Universitas Gajah Mada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H