Kerajaan singasari sangat identik dengan Ken Arok. Pusat pemerintahan kerajaan singasari diduga berada di wilayah pegunungan yang subur yang di sebut Kota Malang sekarang. Kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Timur. Singasari memiliki pelabuhan Pasuruan.
(Dikutip dari buku Sejarah Indonesi (wajib) Kelas X SMA/MA - 1 / PN)
Sumber prasasti yang menceritakan tentang Kerajaan Singasari diantaranya sebagai berikut:
1. Prasasti Singasari (1351 M) yang ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan penghitungan tahun yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
2. Prasasti Wurare (1289 M) inti isinya untuk memperingati pemberian Arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Prasasti ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan letak tulisan prasasti melingkar pada bagian bawah arca yang dimaksud.
3. Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahat di bagian belakang arca Man jusri (1343) dan ditempatkan pada Candi Jago. Isi dari prasasti adalah mengenai penempatan Arca Manjusri oleh Adityawarman pada tempat pen-dharma-an Jina pada tahun Saka 1265. Prasasti ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan berbahasa Sanskerta. Dari tafsiran sejarawan Bosch pada tulisan prasasti ini menceritakan kemungkinan Adityawarman membangun candi tambahan di lapangan Candi Jago. Namun tidak ada bangunan sisa di bagian samping Candi Jago.
4. Â Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugerahan Desa Mula dan Desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Wujud prasasti ini berupa lempengan lempengan tembaga yang dikeluarkan oleh Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kediri atas perintah ayahnya Raja Singasari, Wisnuwardhana.
Situs bersejarah peninggalan dari Kerajaan Singasari selain prasasti juga berupa bangunan candi, seperti Candi Kidal di daerah Tumpang dekat Malang sebagai Makam Raja Anusapati; Candi Jago di Malang sebagai Makam Wisnuwardhana; Candi Singasari sebagai Makam Raja Kertanagara, dan masih banyak yang lain.
A. Aspek Kehidupan Politik
Kisah pergantian raja-raja Tumapel versi Pararaton selalu diwarnai pertumpahan darah yang dilatarbelakangi balas dendam, sedangkan versi Negarakertagama secara tenang dan damai. Hal ini dapat dimaklumi karena Negarakertagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib. Suksesi di Singasari sebagai berikut.
Ken Arok dianggap sebagai pendiri Girindrawangsa (penganut Syiwa-Buddha). Sebelum menjadi Raja Singasari, Ken Arok berhasil menyingkirkan Tunggul Ametung Akuwu Tumapel melalui tangan Kebo ljo anggota pasukan khusus Tumapel yang sebenarnya utusan Raja Kediri Kertajaya (Tumapel bawahan Kediri). Selanjutnya, Kebo ljo juga disingkirkan. Ken Dedes anak Empu Purwa (biksu Buddha Mahayana) istri Tunggul Ametung yang hamil, kemudian menjadikan Ken Arok sebagai suaminya dan juga penguasa Tumapel. Ken Arok juga memperistri Ken Umang. Ken Dedes melahirkan Anusapati anak Tunggul Ametung. Pernikahan Ken Arok dengan Ken Umang berputra Tohjoyo, Sudhatu, Wregola, dan Dewi Rambi. Adapun bersama Ken Dedes, lahir Mahesa Wongateleng, Saprang, Aghnibaya, dan Dewi Rimbu.
Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Tumapel (Prasasti Kudadu). Negara kertagama menyebut 1222 sebagai angka tahun pendiriannya. Ken Arok menjadi Raja Tumapel pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok ingin melepaskan Tumapel dari Kediri. Cara licik digunakan kembali. Disebarkan desas-desus bahwa Kertajaya memerintahkan para brahmana di Kediri untuk menyembahnya sebagai dewa. Tentu saja perintah itu ditolak para brahmana karena kasta mereka yang tertinggi. Di sisi lain, Kertajaya membiarkan isu tersebut terus berlangsung. Akibatnya, para brahmana menyusun kekuatan dan meminta bantuan Tumapel yang dipimpin Ken Arok untuk melawan. Tentu saja permintaan itu disambut baik Ke Arok yang memang mengharapkan demikian. Terjadi perang besar di Desa Ganter. Pasukan Kediri yang dipimpin Mahisa Wuwungan dikalahkan pasukan Tumapel yang dipimpin langsung Ken Arok.
Setelah berkuasa, Ken Arok dibunuh oleh seorang pengalasan (pesuruh) dari Bathil atas perintah Anusapati, anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Anusapati naik takhta Singasari tahun 1227 M. Selama memerintah Anusapati tidak banyak melakukan pembangunan kerajaan. Di sisi lain, berita bahwa yang merencanakan pembunuhan ayahnya ialah Ken Arok berhasil diketahui Tohjoyo. Berkobarlah api balas dendam. Tohjoyo berhasil membunuh Anusapati saat bersama-sama menya bung ayam. Anusapati dicandikan sebagai Syiwa di Candi Kidal, dekat Kota Malang sekarang. Anusapati meninggalkan seorang putra bernama Ranggawuni.
Tohjoyo naik takhta Singasari. Patih Paranaraja tangan kanan Tohjoyo mengha sutnya agar melenyapkan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka (putra Mahesa Wong Ateleng) yang dianggap musuh dalam selimut. Tohjoyo setuju dan mengutus Lembu Ampal untuk membunuh kedua pangeran itu. Namun, Lembu Ampal justru bersimpati kepada keduanya. Mereka akhirnya bersama-sama memberontak sehingga Tohjoyo melarikan diri dari istana dan meninggal di Katanglumbang. Tohjoyo dimakamkan di tempat itu.
Ranggawuni naik takhta menggantikan Tohjaya dan bergelar Sri Jaya Wisnu wardhana. la memerintah didampingi Mahisa Cempaka yang bergelar Narasingamurti yang bertindak sebagai Ratu Angabhaya. Ranggawuni menobatkan putranya, Kertanegara yang masih belia menjadi yuwaraja (raja muda). Ranggawuni juga mengganti nama ibu kota kerajaannya menjadi Singasari. Justru yang terjadi nama Singasari lebih dikenal daripada Tumapel. Oleh sebab itu, Kerajaan Tumapel lebih dikenal sebagai Kerajaan Singasari. Ranggawuni meninggal tahun 1268. Abu jenazahnya ditanam di dua tempat, yaitu di Weleri dekat Blitar sebagai Dewa Syiwa dan di Candi Jago sebagai Sang Buddha.
Kertanagara naik takhta Singasari yang bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kerta negara. Kertanegara berarti "pemersatu dua negara" karena ibunya merupakan putri Kediri, sedangkan ayahnya (Ranggawuni) dari Jenggala. Pada masanya, Singasari mencapai kejayaan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh Pancatandha yang terdiri atas patih, demung, rangga, kanuruhan, dan tumenggung. Sementara di bidang keagamaan terdapat dharma dhyaksa ring kasogatan untuk urusan umat Buddha, sedangkan dharmadyaksa ring kasaiwan untuk umat Syiwa.
Kertanegara membuat kebijakan diantaranya mengganti para pejabat yang berusia lanjut dan dianggap tidak loyal, seperti Patih Raganatha yang digantikan oleh Mahisa Anegah; Arya Wiraraja yang sebelumnya seorang demung dijadikan bupati di Madura. Sebaliknya, Kertanegara memberi kedudukan yang terhormat kepada lawan-lawan politiknya. Misalnya, Jayakatwang keturunan Raja Kediri Kertajaya menjadi Adipati Gelang-Gelang (sekitar Madiun), sedangkan Ardaraja, anaknya dijadikan menantu Kertanegara. Adapun Raden Wijaya putra Lembu Tal keturunan Mahesa Cempaka juga dijadikan menantunya. Kertanegara berupaya memperkuat angkatan perang Singasari. Selanjutnya, Kertanegara berupaya membendung upaya ekspansi Kubilai Khan melalui operasi kewibawaan militer terhadap Kerajaan Melayu di Sumatra (Ekspedisi Pamalayu) pada tahun 1275-1286. Banyaknya pasukan Singasari yang dikirim ke Melayu menyebabkan pertahanan dalam negerinya lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh musuh untuk menghancurkannya. Arya Wiraraja menghasut Jayakatwang untuk menghancurkan Kertanegara. Salah satu hasutannya adalah untuk menebus kematian buyut Jayakatwang yang ditumpas oleh buyut Kertanegara, yaitu Ken Arok. Pada tahun 1292 pasukan Jayakatwang menyerang Singasari.
Dalam serangan itu Kertanegara terbunuh. Namun, keempat putrinya (sulung Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, putri kedua Sri Mahadewi Naren draduhita, putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan yang bungsu Sri Rajendra Dyah Dewi Gayatri) dan menantunya Raden Wijaya berhasil meloloskan diri dan meminta perlindungan Arya Wiraraja di Madura. Sementara itu, sesuai agama yang dianutnya, Kertanegara dimakamkan sebagai Syiwa-Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya berupa Arca Aksobhya berkepala gundul yang dikenal sebagai Joko Dolog sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.Â
B. Aspek Kehidupan Sosial
Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, kehidupan sosial masyarakat Singasari diliputi suasana yang aman dan damai. Bahkan, kehidupan religius mereka sudah maju sejak zaman Ken Arok. Hal ini karena di Kerajaan Singasari berkembang ajaran Tantrayana (Syiwa-Buddha) dengan kitab suci Tantra. Ajaran ini berkembang sejak periode pemerintahan Wisnuwardhana hingga Kertanegara.Â
C. Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, mengingat Singasari berpusat di tepi Sungai Brantas, secara langsung atau tidak langsung rakyat ikut ambil bagian dalam dunia maritim. Pada masa Raja Kertanegara, Singasari berusaha menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dengan tujuan untuk membangun dan mengembangkan aktivitas perdagangan dan perekonomian kerajaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H