Mohon tunggu...
naila shorihah
naila shorihah Mohon Tunggu... -

fafiruilalloh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Martin Heidegger

18 Desember 2013   09:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksistensialisme merupakan suatu gerakan proses yang memberontak terhadap filsafat Barat tradisional dan masyarakat modern terhadap pemecahan masalah yang dilakukan oleh para filsuf. Aliran eksistensialis cenderung menolak watak teknologi dan totalitarianisme yang impersonal dan lebih menekankan individual, kebebasan dan pertanggungjawabannya. Eksistensialis percaya bahwa tidak ada pengetahuan yang terpisah dari subyek yang mengetahui. Kita percayaterhadap kebenaran dalam diri kita sendiri dan kebenaran tidak dicapai secara abstrak. Oleh karena itu, eksistensialis menggunakan metode-metode sastra dan seni untuk mengekspresikan perasaan dan suasana hati.

Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada manusia yang bersifat humanistic. Bereksistensiharus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan.Setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya. Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat pada dunia sekitarnya, terlebih-lebih sesama manusia.

Martin Heidegger memulai mencetuskan pemikirannya tentang eksistensi karena keprihatinannya terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta zaman modern yang mengerucut pada industrialisasi menyebabkan terjadinya dehumanisasi dan depersonalisasi. Ia memiliki pemikiran bahwa manusia itu bebas dan masing-masing manusia memiliki eksistensinya diantara manusia dan benda lain. Gagasannya yang ia coba jabarkan bahwa antaraadadanwaktumemiliki keterkaitan. Dengan keterkaitan itu manusia harus menyadari bahwa manusia merupakan makhluk yang berdiri sendiri namun terikat dengan benda-benda da manusia lain disekitarnya. Dan berusaha untuk merealisasikan kemungkinan-kemungkinannya untuk menuju kehidupan yang sejati dan menanggung kepastian yang terakhir, yaitu Kematian. Eksistensialisme pemikiran Martin Heidegger yaitu : Befindlichkeit atau kepekaan, Verstehen atau mengerti, memahami, dan Rede atau kata-kata, atau dalam hal berbicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun