Mohon tunggu...
permaisuri depta
permaisuri depta Mohon Tunggu... -

hanya wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inikah Rasanya Menjadi Seorang Ibu?

27 Mei 2012   15:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat bulan tiga minggu sudah aku ditemani oleh seorang bidadari kecil. Membuat banyak rumah dengan tangisan manjanya. Merajuti hari-hariku dengan tawanya yang semakin manis. Di hari dan minggu-minggu pertama aku sempat mengalami krisis kepercayaan diri menjadi seorang ibu. Kala itu berbagai ketakutan dan pikiran negatif menimbuni otakku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku saat itu seperti pertanyaan: mampukah aku membesarkannya? Mampukah aku jadi orang tua yang baik? Mampukah aku melindunginya dan bla .. bla .. bla .. Keterampilan menjadi seorang ibu pun saat itu belum aku kuasai secara penuh. Membedong dan memandikan bukanlah hal yang bisa kupelajari dengan cepat saat itu dan itu membuatku merasa sangat rendah diri di hadapan bayiku.

Tapi itu hanya bertahan dua minggu. Lambat laun perlahan aku sudah mulai terampil melakukan tugas-tugas menjadi seorang ibu. Hmmm .. Bahagia rasanya lepas dari bayang-bayang ketidakpercayadirian. Aku sudah bisa Membedong, memandikan, menidurkannya dengan nyenyak, bergurau dan bermain dengannya, mengetahui kapan ia mengantuk, jenuh atau riang.

Sejak saat itu sampai sekarang duniaku berubah. Rutinitasku menjadi lebih berwarna dibanding sebelum menjadi seorang ibu. Menidurkan sang bidadari kecil di saat rewel merupakan tantangan bagiku. Aku yang biasanya tidur sangat lelap bisa mudah terbangun ketika mendengar rengekan bayiku. Biasanya aku belanja kebutuhan sandang untuk pribadi kini dengan bersemangatnya membelikan kebutuhan sandang bayi. Egoku bisa teredam, sabarku makin terasah, Instingku makin tajam.

Menjadi ibu juga membuatku semakin sadar akan keberadaan ibuku di sisiku. Aku menjadi lebih sangat .. sangat sadar lagi bahwa pengorbanannya tak pernah meminta balas. Ia tulus dengan apa yang ia berikan dan ia lakukan kepadaku. Dengan melahirkan seorang putri menjadikan rasa hormatku pada ibu semakin dalam. ya .. ternyata beginilah rasanya menjadi ibu .. Tak bisa diurai dengan kata yang terlalu banyak, lebih berarti jika dirasa dalam jiwa dan dipikir dengan benak. Hormat takzim padamu ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun