Konsep halal telah menjadi tren  perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, mulai dari munculnya produk halal (makanan dan minuman), kosmetik halal, fashion halal, pariwisata halal  hingga gaya hidup (halal lifestyle). Konsep halal menjadi tren tidak hanya  di Indonesia  tetapi juga di berbagai sektor ekonomi dan telah menyebar ke negara-negara lain yang  mana Islam sebagai minoritas, seperti Jepang, Australia, Thailand, dan Selandia Baru.
Pertumbuhan populasi Muslim sangat besar di seluruh dunia. Sebanyak 1,8 miliar orang (sekitar 28% dari populasi dunia) tinggal di 148 negara, di mana 62% di antaranya berasal dari kawasan Asia-Pasifik (sekitar 972 juta orang) (Lisma, Yonaldi & Zulbahri, 2016). Menegaskan kembali hal ini, Muslim Millennial Travel Report tahun 2017 menyatakan bahwa populasi Muslim diperkirakan akan tumbuh dua kali lipat dari populasi dunia dari 1,8 miliar pada tahun 2015 menjadi sekitar 3 M pada tahun 2060.Â
Dalam hal belanja konsumen, Â ekonomi Islam global bernilai hampir $1,9 triliun pada tahun 2015, termasuk makanan dan gaya hidup. Pasar ini kemudian diperkirakan akan tumbuh sekitar $3 triliun pada tahun 2021 (MMTR, 2017). Salah satu segmen potensial dari gaya hidup ini adalah pariwisata.
Syariat Islam berkomitmen mendorong umat manusia  untuk mengejar kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup. Kesejahteraan tidak mungkin tercapai jika aktivitas ekonomi tidak berfungsi sama sekali. Inti  kegiatan perekonomian terletak pada sektor riil, yaitu penguatan industri dan perdagangan.Â
Dari sudut pandang pemuasan kebutuhan dasar dan sistem distribusinya, suatu masyarakat tidak dapat dikatakan kaya jika kebutuhan dasar  tidak terpenuhi. Islam mengajarkan bahwa sistem distribusi yang baik adalah  yang  menjamin rendahnya tingkat kemiskinan dan ketimpangan serta menjamin seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali mempunyai akses terhadap roda perekonomian.
Indikator kesejahteraan menurut Islam merujuk kepada QS. Al- Quraisy ayat 1-4, yang artinya: "karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan."Â
Dapat dipahami bahwa kesejahteraan sejati dapat diraih ketika nilai ajaran Islam menjadi panglima dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, menjalankan kegiatan ekonomi dengan memperkuat sektor riil, pemenuhan kebutuhan dasar dan sistem distribusi yang baik, serta mencegah adanya konflik antar golongan untuk mendapatkan rasa aman.
Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat bergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yaitu agama (ad-dien), hidup atau jiwa (nafs), keluarga atau keturunan (nasl), harta atau kekayaan (mal) dan intelek atau akal (aql). Mendapatkan kesejahteraan memang tidak mudah. Namun, bukan berarti mustahil untuk mendapatkannya.Â
Tidak perlu  melakukan sesuatu yang haram,  masih banyak yang bisa dilakukan untuk mencapai kesejahteraan hanya dengan memperhatikan indikator kesejahteraan. Adapun indikator tersebut, di antaranya Jumlah dan pemerataan pendapatan; Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau; Kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata
Perkembangan pariwisata di suatu daerah kemungkinan besar akan membawa dampak positif atau yang diharapkan, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan perolehan devisa negara, peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta penguatan pemerintahan.Â
Namun selain dampak ekonomi, perkembangan pariwisata juga berdampak pada lingkungan dan aspek sosial  budaya masyarakat. Dampak positif dari pengembangan pariwisata dapat berupa:
1. Memberikan pekerjaan dan penghasilan kepada masyarakat daerah setempat di lokasi pariwisata dikembangkan;
2. Menghasilkan devisa bagi negara yang bersangkutan;
3. Sebagai perangsang bagi pengembangan aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya, misalnya pertanian, pengrajin, dan lain-lain;
4. Dapat membantu membiayai pembangunan prasarana yang mempunyai manfaat serbaguna.
Di daerah yang pariwisatanya berkembang, terjadi lalu lintas wisatawan. Lalu lintas wisata ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat setempat dan pemerintah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk dapat mewujudkan potensi daerah  dan meningkatkan nilai ekonominya melalui perpindahan masyarakat ke destinasi wisata. Selain dampak positif, pengembangan wisata juga menimbulkan dampak, seperti:
1. Investasi yang relatif tinggi untuk setiap karyawan di beberapa daerah;
2. Banyak kebocoran devisa jika bahan yang dipakai dalam pengembangan dan operasi pariwisata diimpor, atau jika fasilitas-fasilitas pariwisata dimiliki atau dikelola orang asing, atau jika banyak staf asing dipekerjakan dalam pariwisata;
3. Pengembangan pariwisata dapat mengakibatkan harga-harga yang tinggi di daerah-daerah setempat dan biaya pembangunan prasarana bisa menjadi sangat tinggi.
Pengembangan pariwisata halal memberikan berbagai dampak terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar objek wisata. Mulai dari dampak positif hingga dampak negatif. Dampak yang signifikan yang dirasakan oleh masyarakat adalah terbukanya peluang usaha serta lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.Â
Pendapatan yang diterima oleh masyarakat dari hasil usaha yang dijalankan tersebut dapat mencukupi kebutuhan keluarga, mulai dari biaya kesehatan hingga biaya pendidikan. Keberlanjutan perekonomian yang berkecimpung  di  bidang pariwisata sangat diharapkan serta adanya perhatian pemerintah bersama masyarakat setempat  untuk terus  menjaga kelestarian lingkungan agar keberlangsungan hidup masyarakat lebih sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H